Membuka Pintu Rezeki
Rezeki, betapa banyak orang yang berharap bisa mendapatkannya. Berbagai cara dan upaya ditempuh, pergi pagi pulang petang membanting tulang dan memeras keringat. Tidak puas dengan cara wajar ditempuhlah berbagai cara hingga menabrak rambu-rambu syariat dan akidah.
Rezeki sebenarnya tidak selalu diartikan sebagai harta kekayaan. Dalam al-Quran banyak disebut kata rezeki dengan segala bentuknya, razaqa atau rizqun. Dalam arti harta kekayaan, sangat wajar jika kemudian manusia begitu mendambakan rezeki yang banyak. Sifat manusia sebagaimana disebutkan oleh Allåh adalah mencintai harta, selain menyukai wanita dan anak-anak.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran:14)
REZEKI ADALAH ANUGERAH
Agar hati tidak termakan oleh dunia dan akal tidak dikuasai nafsu, Allåh menegaskan dalam banyak ayat bahwa rezeki adalah berasal dari-Nya. Berbagai ungkapan ayat yang menunjukkan hal ini sudah semestinya mengingatkan manusia dari perilaku sombong seperti Qarun.
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkkan Allahlah yang akan memberi rezekinya.”(Hud:6)
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah:254)
Masih banyak ayat yang menunjukkan bahwa Dia yang memberikan rezeki kepada makhluk-Nya. Hanya Dia yang berkuasa untuk mencukupi keperluan manusia. Sekecil apapun makhluk di bumi atau di langit Dialah yang menanggung rezekinya. Binatang yang diciptakan untuk manusia saja ditanggung oleh Allåh, apatah lagi manusia yang telah dimuliakan. Sebagaimana ilmu yang untuk memperolehnya manusia harus melakukan usaha pembelajaran. Manusia perlu berusaha untuk mendapatkan rezeki, bukan hanya berangan-angan.
“Dan jika shålat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia dari Allåh, dan ingatlah Allåh sebanyak-banyaknya, moga-moga kalian beruntung.” (Al-Jum’ah:10)
Allåh juga memberi peringatan kepada orang-orang yang hanya disibukkan dengan urusan dunia sementara lalai dari tuntutan ibadah. Betapa sibuknya manusia dengan dunia, dia hanya mengambil bagian yang telah ditetapkan oleh Allåh baginya.
PINTU-PINTU REZEKI
Berbagai pintu rezeki telah Allåh sediakan bagi hamba-Nya. Untuk meraihnya manusia mesti membuka dan memasuki pintu-pintu tersebut. Tanpa membukanya seseorang tak akan mampu meraih rezekinya. Tentang pintu-pintu rezeki Råsulullåh pernah besabda, “Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya di dunia ini perdagangan merupakan sembilan dari sepuluh pintu rezeki.” (Musnad Aĥmad)
Meski seseorang mampu menemukan pintu-pintu rezeki terpampang dihadapannya, jika tidak memegang kuncinya mana bisa membuka dan memasukinya. Tanpa kunci manusia hanya sebatas bisa memandanginya. Allåh Yang Maha Pemurah telah memberikan beberapa kunci rezeki. Siapapun yang menggunakannya, Allåh akan meluaskan rezekinya, menutup kefakirannya dan memenuhi kehidupannya dengan kebahagiaan, hatinya penuh keridhaan dan ketenangan. Siapa saja yang mengetahui peraturan dan peluang-peluang yang ada, memahami pengertian-pengertiannya dan mampu meningkatkan semangat untuk yakin terhadap Allåh,
ia akan berusaha menempuh berbagai sebab untuk membuka rezeki Allåh kepadanya.
Paling tidak ada 10 kunci pembuka pintu-pintu rezeki. Kunci ini perlu digunakan secara serius oleh setiap individu Mukmin.
1-Kunci Istighfar dan Bertobat
Istighfar dan tobat mampu menutup dosa sudah diyakini oleh kebanyakan orang, meski sedikit yang mengamalkan. Namun kedua perilaku mulia ini mampu membukakan pintu rezeki bisa jadi lebih sedikit lagi yang tahu. Allåh berfirman,
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh:10-12)
Tobat mesti dilakukan dengan baik dan benar. Di antara kita melakukan pertobatan adalah:
- Menahan diri dari perbuatan maksiat (tidak lagi mengulanginya).
- Menyesali perbuatan yang terlanjur dilakukannya.
- Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
- Bila terkait dengan hak sesama, hendaklah meminta kerelaan orang yang dirugikannya, baik dengan mengembalikan barangnya atau meminta maafnya.
Tanpa langkah-langkah ini tobat seseorang dipertanyakan keseriusannya.
2-Kunci Takwa
Di antara definisi takwa adalah merasa takut kepada Allåh, beramal dengan wahyu yang diturunkan, ridha dengan rezeki yang sedikit, dan siap menghadapi kematian. Secara amaliah ketakwaan akan menuntun seseorang bersikap hati-hati karena merasa Allåh selalu mengawasi apa yang dilakukan, tengah melanggar larangan-Nya atau mengabaikan perintah-Nya.
“…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (Al-Thalaq:2-3)
3-Kunci Sedekah
Logika Islam tidak sesuai dengan logika materialisme. Harta yang dikeluarkan untuk bersedekah, dengan segala bentuknya, bukannya akan berkurang justru bertambah. Karena itu logika seorang muslim adalah memperbanyak sedekah di jalan Allåh, kepada golongan fakir miskin, orang-orang yang membutuhkan dan para pejuang di jalan Allåh.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Di tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261)
Katakanlah, “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hambaNya dan menyempitkan (siapa yang dikehendaki Nya).”Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’:39)
4-Kunci Silaturrahim
Menyambung tali kekeluargaan mempunyai dua faedah. Pertama meluaskan rezeki dan kedua memanjangkan umur. Siapa yang menghendaki kedua-duanya hendaklah banyak menyambung silaturrahim, meskipun terdapat perselisihan di antaranya dengan keluarganya. Råsulullåh bersabda,“Barangsiapa yang ingin agar Allah melapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah menyambung silaturrahim.” (Shåĥiĥ al-Bukhåri)
5-Kunci Berhijrah di Jalan Allah
Maksud hijrah di sini ialah berpindah dari suatu tempat yang penuh dengan maksiat dan kejahatan ke tempat yang kiranya bisa untuk menyelamatkan agama dan ibadah. Tidak semestinya seorang muslim tinggal bersama dengan orang-orang yang jahat dan fasik, sementara pada saat yang sama memohon kelapangan rezeki kepada Allåh.
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpannya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Nisa’:100)
6-Kunci Haji dan Umrah
Yakni melakukan haji dan umrah.Senyampang ada kemampuan hendaklah tidak khawatir menjadi berkurang hartanya dengan melakukkan keduanya. Råsulullåh bersabda, “Lakukanlah haji dan umrah, karena kedua-duanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana api membersihkan besi, emas, dan perak. Tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (Sunan al-Tirmidzi)
7-Kunci Tawakal Kepada Allah
Makna bertawakkal ialah melaksanakan segala sebab kemudian meyakini bahwa rezeki pasti akan sampai kepada kita. Bukan seperti tawakal yang diartikan secara salah tidak berusaha mencari rezeki dengan hujah Allåh telah menentukan rezeki masing-masing. Råsulullåh bersabda, “Jika kamu bertawakkal kapada Allåh dengan sebenar-benarnya, niscaya Allåh akan memberikan kepada kamu rezeki sebagaimana Dia berikan kepada burung, ia keluar pada waktu pagi dalam keadaan perut yang kosong pulang pada petangnya dengan perut kenyang.” (Musnad Aĥmad)
8-Kunci Ibadah Kepada Allåh
Yaitu dengan Anda tidak berebutkan dunia dan berpana dengan bahagian yang sedikit yang sudah mencukupi buat anda, lalu anda mempergunakan waktu anda yang lain kesemuanya untuk beribadah dan berdakwah kepada jalan Allah. Allah berfirman di dalam sebuah hadis qudsi yang bermaksud:
“Wahai anak Adam! Beribadatlah kepadaKu sepenuh masa, niscaya aku akan memenuhkan dada engkau dengan kekayaan dan Aku akan menghilangkan kefakiran daripada engkau. Jika engkau tidak melakukannya, niscaya aku akan menyibukkan tangan engkau dengan pelbagai pekerjaan namun kefakiranmu tetap tidak hilang.”
9-Kunci Kasih kepada yang Lemah dan Miskin
Ini adalah disebabkan adanya hubungan hati yang dekat dengan Allåh lantaran kemiskinan dan kefakiran mereka. Oleh sebab itu, hendaklah kita berbuat baik kepada golongan tersebut, niscaya Allåh akan membalas perbuatan baik tersebut. Råsulullåh bersabda, “Bukankah kamu diberikan pertolongan dan rezeki karena orang-orang yang lemah di kalangan kamu?” (Shåĥiĥ al-Bukhåri)
Yang tidak boleh diabaikan adalah mencari berkah dari Allåh. Berkah ada pada waktu pagi (albarakatu fi bukuriha), begitu ungkapan orang Arab. Benar, pagi memang memiliki banyak berkah. Keberkahan Subuh juga membuka pintu-pintu rezeki-Nya yang telah dihamparkan di hari itu. Karena itu Allåh menyerukan kaum Muslim untuk menyambut rezeki-Nya dengan bersegera bangun pagi.
Dalam sebuah hadits yang diriwwayatkan Ahmad dan al-Baihaqi, diceritakan bahwa ketika Råsulullåh pulang dari shalat Subuh di Masjid Nabawi, beliau mendapati putrinya, Fatimah, masih tidur-tiduran. Dengan penuh kasih sayang lantas beliau menggerakkan badan putrinya itu sembari berkata, ”Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezeki kepada hamba-Nya, antara terbit fajar dengan terbit matahari.” Siapkah kita membuka pintu rezeki-Nya?
Sumber : ( http://abusyadza.wordpress.com/)