Oleh Ali Abdurrahman
Saat ini kondisi kehidupan masyarakat muslim tidak begitu kondusif bagi ke-Islam-an mereka, corak kehidupan yang sekuleristik sudah merambah ke hampir seluruh sendi kehidupan, baik itu pada sektor ekonomi, kebudayaan, pergaulan masyarakat, sampai pada tataran sistem politik dan pemerintahan. Jika di ibaratkan, kaum muslim saat ini seperti kawanan ikan yang sedang menjalani hidup di tempat yang bukan pada habitatnya.
Habitat umat Islam adalah berada ditempat yang diatur dengan wahyu Ilahi (kehidupan Islam), bukan aturan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Allah SWT telah memberitahukan:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ
”Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah: 3).
Dalam ayat yang mulia di atas, Allah SWT mengabarkan bahwa agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW kepada seluruh manusia adalah agama yang sempurna, mencakup seluruh perkara yang cocok diterapkan di setiap zaman, setiap tempat dan setiap umat. Islam adalah agama yang sarat dengan ilmu, kemudahan, keadilan dan kebaikan. Islam adalah pedoman hidup yang jelas, sempurna dan lurus untuk seluruh bidang kehidupan.
Islam adalah agama dan negara (daulah), di dalamnya terdapat manhaj yang haq dalam bidang hukum, pengadilan, politik, kemasyarakatan dan perekonomian serta segala perkara yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan dunia mereka, dan dengan Islam nantinya mereka akan bahagia di kehidupan akhirat. (Dinul Haq, Abdurrahman bin Hammad Alu Muhammad).
Didalam kitab An-Nidhamu Al-Islam, Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani juga menjelaskan, setidaknya ada tiga konsep yang diatur oleh Islam:
Pertama : Mengatur segenap perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Khaliq-nya, hal ini tercermin dalam aqidah dan ibadah ritual dan spiritual. Semisal: Tauhid, sholat, zakat, puasa dan lain-lain. Kedua : Mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Yang diwujudkan berupa akhlak, pakaian, dan makanan. Ketiga : Mengatur manusia dengan lingkungan sosial. Hal ini diwujudkan dalam bentuk mu’amalah dan uqubat. (sistem ekonomi Islam, sistem pemerintahan Islam, sistem politik Islam, sistem pidana Islam, strategi pendidikan, strategi pertanian, dan lain sebagainya).
Namun saat ini Islam tidak diterapkan secara menyeluruh (kaffah), Islam tidak lagi menjadi ”way of life’ yang sempurna, masyarakat dipaksa untuk hidup didalam sebuah sistem sampah jahiliyyah. Dengan kondisi semacam ini, banyak diantara kaum muslim yang tergerus oleh keadaan, diantara mereka ada yang kondisi keislamannya cuma sebatas pada kartu identitasnya saja, Ada juga yang punya semboyan “ibadah yes maksiat yes”, alias ibadahnya jalan, maksiat juga tetap melenggang.
Ditengah hiruk pikuk kesenangan dunia yang sungguh menggoda ini, masih ada beberapa pihak yang tidak terpengaruh untuk berbuat sampai melanggar batas, mereka masih aktif beribadah, ditambah dengan sedekah, infak, juga haji maupun umrah, bagi mereka yang mampu. Namun disisi lain, mereka tidak mau ambil pusing dengan kondisi yang ada, kalaupun mau, maka hal itu cuma ala kadarnya, bagi mereka urusan dakwah ini tidak terlalu penting.
Padahal kalau mau menengok sirah nabi, disana ditemukan bahwa dahulu Rasulullah Saw dan para sahabat menjadikan aktivitas dakwah yang mulia ini sebagai poros dalam kehidupan mereka. Ada banyak sekali kisah dahsyat para sahabat yang tentunya bisa kita petik sebagai pelajaran.
Salah satunya adalah Ibnu Mas’ud r.a, seorang sahabat yang pertama kali membacakan Al-Qur’an secara terbuka di tempat berkumpulnya kaum Quraisy di dekat ka’bah. Ternyata apa yang terjadi?, ia dipukuli oleh orang-orang Quraisy sampai babak belur, hebatnya Ibnu Mas’ud setelah kejadian itu tidak menjadi ciut nyali, bahkan ia mengatakan ”mulai sekarang tidak ada lagi yang kutakutkan dari orang quraisy, berikanlah lagi ayat-ayat Al-Qur’an, pasti akan kubacakan dihadapan mereka”. Luar biasa!
Kisah menajubkan lain ialah, sahabat Rasul yang bernama Sa’ad bin abi waqas, keimananya teruji dengan ancaman dari Ibundanya yang akan melakukan mogok makan jika Sa’ad tidak mau kembali pada agama nenek moyangnya. Kepada ibunya, sa’ad berkata: ”Wahai ibu, ketahuilah, demi Allah, kalu sekiranya bunda punya seratus nyawa dan keluar satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini”. Subhanallah.
Sampaikan walau satu ayat
Dakwah diwajibkan oleh Allah SWT, yang dijelaskan di banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasul-Nya.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran:104)
Dijelaskan oleh Imam Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya, pada kata “al-khair” diatas adalah Al-Quran dan As-Sunnah, sedangkan tafsir Jalalain menjelaskan maksud dari kata “al-khair” adalah Islam.
Perintah Allah SWT tentang aktivitas dakwah ini juga dijelaskan dalam firman-Nya:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. an-Nahl: 125).
Seruan para pengemban dakwah kepada Islam juga dipuji oleh Allah SWT. Padahal tidak ada pujian yang lebih berharga selain pujian dari-Nya. Dia SWT berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’.” (QS. Fushshilat: 33).
Dalam kitabnya Sayyid Quthub menfsirkan ayat ini, beliau berkata: “Kalimat-kalimat dakwah yang diucapkan sang dai'i adalah paling baiknya kalimat, ia berada pada barisan pertama di antara kalimat-kalimat yang baik yang mendaki ke langit.” (fii dzilaalil qur’an, (5/ halaman. 3121).
Menempuh jalan dakwah ini tentunya dibutuhkan kesabaran, keikhasan dan pengorbanan, berkorban waktu, harta, bahkan jiwa. Berusaha untuk mencari keridhoan-Nya. Sebuah pilihan hidup yang tentunya insyaAllah tiada sia-sia. Allah menjanjikan balasan yang istimewa bagi mereka.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (Al ‘Ankabut:7).
Begitulah kenikmatan hidup yang yang sebenarnya, hanya bisa diraih ketika kita mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ikut berjibaku dalam perjuangan, untuk melanjutkan kehidupan Islam. Tidak ada kemuliaan tanpa Islam, tidak ada Islam tanpa syariah, tidak sempurna syariah tanpa daulah khilafah ala minhajin nubuwwah. Semoga kita dimudahkan oleh-Nya agar selalu ikhlas dan istiqomah di jalan ini, jalan yang kita cintai, sampai akhir hayat nanti. Amin. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Ali Abdurrahman; Pengasuh Kajian Remaja Riski