Militer AS merekrut siapa pun yang bersedia untuk mendaftar, termasuk penjahat, dan hal ini telah meningkatkan jumlah kasus kekerasan seksual dalam militer, seorang analis mengatakan.
"Kami mengambil segala macam orang, yang tidak memiliki seragam militer; bahkan orang yang telah dihukum karena kejahatan kekerasan; orang-orang yang terlibat di dalam geng kejahatan dan hal-hal seperti ini," kata penulis dan komentator politik Mark Glenn dalam wawancara dengan Press TV, Selasa kemarin (14/12).
Militer AS mengambil siapa saja, yang berjalan melalui pintu masuk ke militer, sehingga hanya menambah bahaya yang dihadapi tentara perempuan, ia menambahkan.
Glenn menegaskan hal inilah yang menjadi masalah utama terhadap kerusakan moral dan spiritual masyarakat Amerika selama tiga generasi terakhir.
Ia berpendapat bahwa "militer AS menderita kemunduran sangat serius dalam hubungan dengan masyarakat," dan kegagalan di Irak dan perang Afghanistan telah memperburuk situasi ini.
Militer AS perlu banyak anakmuda untuk perang di Timur Tengah dan "mereka tidak ingin ada publisitas buruk akibat berita saat ini karena akan membuat rekrutmen menjadi lebih sulit," tambahnya.
American Civil Liberties Union dan
Service Women's Action Network telah mengajukan gugatan terhadap Pentagon karena menolak untuk merilis catatan kejahatan seksual dalam militer AS.
Menurut gugatan itu, puluhan ribu anggota layanan militer telah melaporkan beberapa bentuk kekerasan seksual dalam satu dekade terakhir. Gugatan itu juga mengklaim pemerintah hanya menuntut kepengadilan delapan persen dari pelaku kejahatan seks di militer.(fq/prtv)