Gaddafi antara diktator Arab yang sedang mengira-ngira detik ajalnya
Sumber [Eramuslim.com]
Pernah membayangkan saat berlangsung KTT Liga Arab, agenda yang pertamanya adalah perkenalan. Perkenalan antara para pemimpin Arab. Siapa yang masih akan bertahan saat KTT Liga Arab, yang akan berlangsung tahun 2012 nanti?
Mungkin KTT Liga Arab akan dihadiri oleh para pemimpin Arab yang baru, dan para pemimpin yang ada sekarang sudah tidak ada lagi. Mereka sudah disingkirkan rakyatnya. Para raja, presiden yang ada sekarang ini, mungkin sudah hidup dipengasingan. Bahkan, ada 'joke', Raja Abdullah akan membangun komplek yang amat luas, di Tabuk, Arab Saudi, yang akan menjadi tempat tinggal para mantan raja dan presiden yang sudah digulingkan oleh rakyatnya.
Para raja dan presiden, mereka akan tinggal di Arab Saudi, dan mendapatkan jaminan dari kerajaan. Bukan hanya itu. Pemerintah juga akan membangunkan komplek yang dikhususkan untuk para mantan raja dan presiden yang sudah 'dipensiunkan' secara paksa oleh rakyatnya. Mereka menghabiskan sisa-sisa hidupanya di komplek para raja dan presiden. Inilah sebuah 'joke' yang sekarang dikalangan dunia Arab. Karena, Raja Abdullah, sangat besar dukungannya terhadap para otokrat (tiran), sewaktu mereka berkuasa.
Bukan hanya itu. Arab Saudi juga akan membangun tempat 'pekuburan' atau 'peristirahatan terakhir' bagi para raja dan presiden. Sehingga, para sanak familinya, keluarganya, anaknya, dan kroninya akan dapat mengunjungi dan tetirah ke makam mereka yang sudah dibuang dan dibenci oleh rakyatnya.
Mulai dari Jenderal Ja'far Numaeri (Sudan) menghabiskan umurnya di Saudi, sesudah pemimpin Sudan itu digulingkan oleh sebuah kudeta militer. Idi Amin pemimpin Uganda itu, juga menghabiskan umurnya di Arab Saudi. Banyak mereka yang dahulu sangat berkuasa, meninggalkan negerinya sesudah digulingkan, dan Arab Saudi melindunginya sampai mati.
Lalu, Zein El Abidin (Tunisia), Hosni Mubarak (Mesir), Ali Abdullah Saleh (Yaman), Qaddafi (Libia), Abdel Aziz Bouteflika (Aljazair), Raja Hasan IV (Maroko), Raja Abdullah (Yordan), Raja Abdullah (Arab Saudi), dan sejumlah pemimpin negara-negara Teluk, yang sekarang menghadapi hari-hari akhir kekuasaannya. Mereka semua akan pergi dari kekuasaannya, dan tak akan kembali lagi.
Revolusi di dunia Arab mulai pada bulan Januari. Berawal dari sebuah negara kecil, tetapi mempunyai dampak yang begitu penting. Kemudian protes menyebar ke negara yang mempunyai posisi yang sangat penting secara geopolitik, yaitu Mesir. Negara yang terbesar dan yang paling penting di Timur Tengah. Rezim yang nampak begitu kuat, akhirnya jatuh. Rakyat Mesir menjatuhkan rezim yang mempunyai dukungan begitu kuat. Terutama dari militer. Kehidupan rakyat mulai dipenuhi dengan pembicaraan tentang kebebasan dan kebebasan.Protes berlangsung di mana-mana, menentang kekuasaan para otokrat dan raja-raja, di mana mereka melihat dari istana dengan ketakutan.
Peristiwa di Tunisia dan Mesir sebuah 'Revolusi' yang 'telah menginspirasi seluruh rakyat Timur Tengah. Seakan mengulang kembali peristiwa pemberontakan yang populer 162 tahun yang lalu, dan dimulai dari Sisilia dan Perancis. Revolusi tahun 1848, sebagaimana mereka disebut, adalah sangat mirip dengan apa yang terjadi sekarang di Timur Tengah.
Latar belakang terjadinya 'Revolusi', seperti sekarang, adalah akibat resesi yang menyebabkan harga pangan naik dan mahal. Para monarki dan presiden yang sudah tua dan tidak mau mendengarkan lagi rakyatnya. Pemberontakan yang sekarang ini terjasdi dimotori oleh kaum muda, dan mereka berada di garis paling depan.Teknologi informasi baru - koran yang mirip koran yang massal — menghubungkan begitu orang banyak.
Pusat krisis Timur Tengah adanya jumlah pemuda yang begitu besar, sekitar 60% dari populasi di wilayah itu, dan umur mereka rata-rata berada di bawah 30 tahun. Jutaan orang muda memiliki aspirasi yang harus dipenuhi, tetapi rezim yang berkuasa tidak pernah mau mengenal aspirasi para pemuda.
Tuntutan para pengunjuk rasa turunnya rezim yang berkuasa, baik itu dari kalangan fundamentalis atau kalangan sekuler yang berpendidikan Barat. Protes itu sering membuat sekutu lama Barat gelisah, karena itu mereka terguncang.
Sebuah survei terbaru terhadap pemuda Timur Tengah, nomor satu keinginan kaum muda di sembilan negara adalah untuk hidup di negara mereka dengan bebas. Inilah yang menjadi tuntutan mereka di seluruh Timur Tengah. Mereka sudah tidak ingin lagi diperintah oleh rezim diktator.
Ada dua model kontrol: represi dan penyuapan. Mungkin yang terakhir, yang digunakan di negara-negara Teluk, terbukti lebih efektif - meskipun di Bahrain, rezim menghadapi tantangan-tantangan khusus, di mana minoritas Sunni berkuasa atas mayoritas Syiah.
Barangkali terlalu sederhana untuk mengatakan apa yang terjadi di Tunisia dan Mesir dampak dari Facebook. Tetapi teknologi - satelit televisi, komputer, ponsel dan internet - telah memainkan peran yang kuat dalam menginformasikan, mendidik dan menghubungkan orang-orang di kawasan Timur Tengah.
Mungkin Timur Tengah tidak akan pernah kembali ke zaman otokrasi dan diktator, rakyat di kawasan, khususnya kaum mudanya sudah tidak menginginkan kehidupan politik seperti. Revolusi di Mesir telah mengubah segalanya. (mhi/tm)