Konsumen di Denmark Setuju Larang Cara Penyembelihan Hewan Halal
Jumat, 01/04/2011 Sumber [eramuslim.com]
Masyarakat di negeri yang mayoritas penduduknya non-Muslim, tidak semuanya bisa menerima makanan halal, terutama produk daging yang bagi umat Islam harus disembelih dengan metode tertentu agar halal dikonsumsi.
Di Denmark, di mana mayoritas penduduknya beragama Kristen atau tidak beragama sama sekali, penjualan daging halal sudah menjadi hal yang biasa, karena di negeri itu juga terdapat komunitas Muslim. Masyarakat Denmark, hampir 96 persen, mengkonsumsi daging ayam setiap hari. Tapi, menurut penelitian dari lembaga riset Interresearch for Søndagsavisen, mayoritas masyarakat Denmark, sekitar 67 persen, tidak tahu bahwa daging ayam yang mereka makan disembelih dengan cara Islami dan terjamin kehalalannya.
Pejabat dari Dewan Pertanian dan Makanan Denmark yang bertanggung jawab atas pemotongan hewan halal, Henrik Bunkenborg mengatakan, industri pemotongan hewan bertanggung jawab untuk memberikan informasi tentang kehalalan produknya pada konsumen. Tapi ia mengakui, para konsumen di Denmark tidak mudah untuk mengetahui bagaimana hewan-hewan itu disembelih.
"Beberapa produsen memilih untuk menempelkan label halal di produknya, tapi mereka tidak berkewajiban melakukannya," kata Bunkenborg.
Sebagian masyarakat Barat menilai penyembelihan yang dilakukan secara Islami sebagai tindakan yang tidak manusiawi terhadap hewan, sehingga mereka menolak produk daging halal. Dewan Konsumen Denmark juga nampaknya mempersoalkan hal ini. Menurut Dewan Konsumen, tidak ada dasar untuk memberikan label halal pada produk daging ayam.
"Ada perdebatan soal 'perlakuan manusiawi pada hewan' saat disembelih. Namun Dewan Etika Hewan sudah memberikan lampu hijau untuk penyembilah hewan secara Islami," kata Camilla Udsen, juru bicara Dewan Konsumen Denmark.
Meski demikian, hasil riset menunjukkan bahwa 32 persen responden dari kalangan masyarakat Denmark menyatakan bahwa penyembelihan hewan secara Islami (halal) harus dilarang dengan alasan 'perlakuan manusiawi untuk hewan.'
Menurut Bunkerborg, situasi ini terjadi karena mayoritas masyarakat Denmark tidak memahami pentingnya produk daging halal di Denmark, sehingga prosentasi masyarakat yang menolak produk daging halal masih cukup besar.
Jaffar Mushib, imam muslim yang bertanggung jawab atas penyembelihan hewan di tempat-tempat pemotongan Denmark mengatakan, ia datang ke rumah-rumah pemotongan hewan itu tiap bulan untuk memastikan bahwa proses penyembilah hewan sesuai dengan syariat Islam, dan kadang ia masih menemukan kesalahan dalam proses penyembelihan hewan itu.
Mushib mengatakan, ia masih sering melihat hewan-hewan diberi obat penenang sebelum disembelih, dengan maksud supaya hewan tidak merasakan sakitnya saat disembelih. Ini berkaitan dengan "sikap manusiawi terhadap hewan" yang dipersoalkan sebagain masyarakat Barat.
"Tapi dalam proses penyembelihan hewan secara halal, terutama di Timur Tengah, hewan-hewan yang akan disembelih tidak diberi obat penenang, karena dalam prinsip Islam, hewan harus masih dalam kondisi hidup saat akan disembelih," kata Imam Mushib.
"Para petugas pemotongan hewan mau mendengarkan penjelasan ini, di sisi lain, saya berusaha untuk menyesuaikannya dengan kondisi di Denmark," sambung Imam Mushib. (ln/CphPost)