Sumber (eramuslim.com) Universitas Al Azhar Mesir, yang dianggap sebagai pusat teologi resmi Muslim Sunni, telah memanas oleh seruan reformis untuk mengusir grand syaikh Al-Azhar, Dr Ahmad Al Thayyib.
Syaikhul Azhar Ahmad Al Thayyib, sebelumnya juga telah diperingatkan untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan dilarang masuk ke kantornya di Al Azhar.
Pihak ulama oposisi, yang telah mengadakan demonstrasi, mengatakan bahwa Ahmad al Thayyib lah yang memperbolehkan ratusan petugas keamanan berpakaian preman untuk hadir di Al Azhar dalam upaya untuk memantau perbedaan pendapat.
"Al Thayyib merupakan salah satu apologis terbesar bagi rezim Mubarak dan dia tidak bisa tetap tinggal di posisinya," kata seorang ulama oposisi Al Azhar.
Al Azhar, saat ini dibiayai dan dikendalikan oleh rezim, telah lama terbagi antara apologis Mubarak dan ulama oposisi yang dekat dengan jamaah Ikhwanul Muslimin. Al Thayyib, sendiri, dilaporkan terlibat dalam pemecatan ratusan ulama yang dianggap tidak loyal kepada pemerintah.
Dengan terusirnya Mubarak pada bulan Februari lalu, Al Thayyib telah menghadapi dinding kubu oposisi. Pihak oposisi di Universitas Al-Azhar telah mencegah Al Thayyib dari memasuki kantornya dan menuntut dirinya untuk mengundurkan diri.
Sebagai tanggapan, Al Thayyib telah menawarkan diri untuk mundur. Namun rezim militer baru lewat Menteri Pertahanan Muhammad Thanthawi menolak pengunduran dirinya, mengatakan hal ini bisa memicu pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang ditunjuk Mubarak.
"Pihak militer berjanji akan mendukung dia dan ia harus bersabar," kata ulama oposisi.
Pada pertengahan Maret lalu, sebuah delegasi militer bertemu di Al Azhar dengan kubu oposisi terhadap Al Thayyib. Pihak oposisi menuntut pemecatan Al Thayyib serta semua orang yang ditunjuk oleh rezim di Al Azhar.
"Jika harus ada demokrasi dan reformasi di Mesir, hal itu harus dimulai di Al Azhar karena pengaruhnya yang sangat besar di Mesir dan seluruh dunia Arab," kata ulama oposisi, yang tidak mau disebutkan namanya.(fq/wt)