(Arrahmah.com) – Mujahidin Taliban dibawah Imarah Islam telah memberhentikan produksi opium di Afghanistan, akan tetapi setelah invasi Afghanistan, teroris Amerika telah memproduksi opium dan menjadi pemasok terbesar di pasar global hingga hampir 90 persen.
Produksi opium pada tahun 2001, tahun bermulanya perang oleh penjajah teroris Amerika, mencapai 185 ton yang sebagian besar produksinya dari wilayah-wilayah yang dikuasai Aliansi Utara yang didukung oleh Amerika, Eropa dan berbagai negara lainnya. Produksi Afghanistan sebelumnya 3.600 ton.
Adapun saat ini, setelah invasi Amerika dan penyebaran lebih dari 150.000 prajurit Amerika, mereka telah mengubah Afghanistan menjadi lahan opium terbesar di dunia dengan produksi lebih dari 9.000 ton, meskipun para penguasa dan PBB berusaha untuk memanipulasi angka-angka dan menjadikannya kurang dari angka tersebut, sekitar 1.000 ton.
Menurut kepala anti-narkoba Rusia, jumlah tersebut menghasilkan pendapatan mencapai 640 milyar dolar per tahun. Sementara itu penghasilan petani tidak mencapai 4 milyar dengan asumsi terbaik. Dan sisa pendapatan tersebut masuk ke dalam kantong Amerika dan khususnya ke dalam rekening mafia obat terlarang di Amerika dan Inggris.
Kedua negara tersebut, Amerika dan Inggris, memiliki pabrik-pabrik pembuat heroin di Afghanistan. Dan semua pabrik tersebut terdapat di dalam pangkalan-pangkalan militer yang memiliki penjagaan dan kerahasiaan maksimum.
Kekuatan militer kedua negara, kemampuan pengawasan satelit, kontrol udara dan kemampuan untuk menghancurkan target darat manapun, semua itu mencegah pihak manapun untuk bersaing dalam bidang tersebut. Hal ini sering membuat marah sejumlah negara sahabat Amerika yang sebagian negara tersebut memiliki pasukan yang berperang di bawah komando Amerika di Afghanistan.
(ukasyah/arrahmah.com)Foto-foto ini adalah ladang opium di Afghanistan yang dijaga oleh tentara salibis Amerika dan NATO