Sumber [
eramuslim.com]Bila Amerika Serikat memveto hak sah rakyat Palestina yang ingin mendapatkan kemerdekaannya di Dewak Keamanan PBB, dan terus melaksanakan perintah-perintah rezim Zionis Israel, maka hakikatnya Amerika Serikat menjadi musuh umat manusia.
Masyarakat dunia menginginkan dan mendukung kemerdekaan Palestina, tetapi Amerika Serikat yang menjadi alat Israel itu, menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya menghentikan kehendak dan langkah rakyat Palestina, yang berjuang lebih dari 7 dekade, dan harus terus menghadapi penindasan Zionis Israel.
Sikap Amerika yang terus-menerus membela Zionis-Israel hanya akan membuat kemarahan seluruh masyarakat dunia, yang menginginkan keadilan dan kemerdekaan bagi rakyat Palestina. Amerika Serikat dibawah Obama mendukung rezim Apartheid Israel, yang memberlakukan rasisme dan rasialisme di tanah Palestina.
Sejarah mencatat kejahatan yang dilakukan rezim Zionis-Israel, jauh lebih buruk dibandingkan dengan rezim Apartheid di Afrika Selatan, yang pernah menjadikan kelompok kulit hitam, sebagai manusia kelas dua, dan diperbudak. Zionis-Israel telah menutup semua peluang dan kesempatan yang memberikan kesempatan kepada rakyat Palestina.
Rakyat Palestina yang hidup di Gaza dan Tepi Barat telah menghadapi penindasan dan diblokade, dan tidak dapat melakukan aktivitas apapun, dan kondisi mereka sangat buruk. Tetapi, mereka masih terus mendapatkan tekanan, dan ancaman dari Zionis-Israel, dan bahkan tempat yang menjadi kebanggaan dan keyakinan mereka, seperti Al-Aqsha menghadapi kehancuran. Karena kelompok-kelompok Yahudi Ortodok, terus mengancam melakukan penghancuran terhadap tempat suci Al-Aqsha itu.
Dr. Mustafa Barghouthi, mengatakan, bahwa rakyat Palestina menginginkan kebebasan dan mengakhiri pendudukan terpanjang dalam sejarah modern, dan ini merupakan salah satu bentuk terburuk yang pernah dilakukan rezim apartheid. Sesudah dua puluh tahun melakukan negosiasi tidak mengalami kemajuan apapun, dan mereka tidak akan mau lagi melakukan negosiasi dengan Israel, ujarnya.
September 2011 ini, harus menjadi titik balik bagi Palestina. Momentum baru ini, kami ingin mengubah semua aturan permainan. Kami tidak hanya mencari pengakuan PBB, tetapi membaiknya posisi kami dihadapan penindas Israel. Kami secara internal, telah melakukan rekonsiliasi dan persatuan nasional Palestina. Kami akan melakukan pemilihan umum untuk Dewan Nasional Palestina, parlemen dan presiden, di mana semua orang Palestina akan diwakili, ujar Mustafa Bourghoti
Para pejabat Israel tahu bahwa Palestina akan mendapatkan pengakuan secara dramatis pada hari-hari mendatang. Ini kemajuan yang kami capai melakukan de-legitimasi pendudukan Israel di mata dunia. Mereka juga tahu bahwa budaya impunitas mereka sedang ditantang oleh kenyataan regional baru yang tidak lagi mentolerir penindasan.
Seluruh Timur Tengah telah berubah, dan sekarang ini merupakan kesempatan terakhir bagi Amerika Serikat dan Israel mengakui hak-hak sah rakyat Palestina. Pembakaran bendera Kedutaan Besar Israel di Cairo dan Yordania, menggambarkan kemarahan yang luas dari rakyat di Timur Tengah, yang sudah tidak lagi dapat mentolerir rezim apartheid Zionis-Israel.
Dunia Arab dan Dunia Islam telah berubah, Amerika Serikat dan Israel harus segera mengakhiri penghinaan, eksploitasi, serta perbudakan tehadap rakyat Palestina.
Jika tidak mau memberikan hak-hak sah rakykat Palestina, Amerika Serikat dan Israel harus mau menerima tanggung jawab menghadapi pemberontakan dari rakyat Timur Tengah dan Arab, yang sudah terlalu lama ditindas. Semua kelaliman harus sudah berakhir. (mh)