Sumber [
eramuslim.com]
1. Rasa malas menunaikan ibadah fardhu, khususnya sholat fardhu berjamaah di masjid dengan alasan sibuk, letih berdakwah dan berbagai alasan lain yang diciptakan.
2. Rasa berat menunaikan ibadah-ibadah nafilah (sunnah), khsusnya qiyamullail (sholat) tahajjud, dengan alasan penat berdakwah serta berat untuk berinfaq dengan berbagai alasan seperti sudah digunakan untuk keperluan dakwah yang lain.
3. Terasa berat membaca dan mentadabburkan Al-Qur-an, menelaah Sunnah Nabawiyyah serta kehidupan Salafus Sholeh.
4. Tidak mampu zikrullah (berzikir pada Allah) dengan banyak. Ingat, di antara ciri-ciri kaum munafik ialah malas sholat dan tidak mampu untuk lebih banyak melakukan zikrullah.
5. Lesu berdakwah jika tidak menghasilkan keuntungan duniawi. Sebaliknya, sangat bersemangat berdakwah jika secara langsung atau tidak langsung menghasilkan keuntungan duniawi.
6. Menggunakan akal dalam menghadapi berbagai masalah yang pada akhirnya terlihat mengada-ada atau memaksakan nushush syar’yah (dalil-dalil syar’i) untuk menjawab berbagai ekses yang muncul dari sikap dan tingkah laku yang salah.
Adapun efek negatif krisis ruhiyah (spritual) adalah :
1. Hati keras, sekalipun menampilkan wajah selembut salju.
2. Ukhuwwah (persaudaraan) kering, cuek (tidak sensitif dan solideritas / kesetiakawanan tipis) dan terkadang cenderung materialistik.
3. Tidak mampu khusyuk dalam sholat dan ibadah lainnya, karena hati masyghul menghayalkan dunia, sekalupun dalam bungkusan dakwah atau agma.
4. Tidak bisa menerima kritik dan nasehat, khususnya terkait dengan kesalahan pribadinya.
5. Bila berselisih pendapat bisa menimbulkan dendam kesumat yang berkepanjangan, sambil berupaya membangkrutkan semua yang dianggap berlawanan / berseberangan pendapat.
6. Bersikap nifaq (tidak berani berterus terang) dan tidak bisa mengakui kesalahan.
7. Ujub (bangga) dengan diri dan pendapatnya, termasuk dengan kelompok dan jama’ahnya.
8. Sombong alias tidak mau menerima kebenaran dan pendapat orang lain atau jama’ah lain selain elite jama’ah kelompoknya.
9. Hatinya cenderung dan mudah silau terhadap kehidupan duniawi.
10. Obrolan dan cita-cita menumpuk kesenangan dunia cendrung meningkat frekuensinya, padahal mereka bukanlah para pengusaha.
11. Memanfaatkan jama’ah dan dakwah untuk meraih keuntungan duniawi.
12. Mencampur adukkan antara Al-Haq dengan Al-Bathil (split personality), seperti rajin beribadah dan berzikir, tapi rajin juga memanfaatkan dakwah untuk kepentingan duniawi, memakan harta yang diperoleh bukan dengan jalan yang halal, atau dimulutnya keluar kata-kata keharusan zuhud dan warak terhadap dunia, namun kenyataan hidupnya penuh galamor dan berfoya-foya.