MOSKOW (Arrahmah.com)
- Apa yang disebut "ahli" mengenai Islam dari Rusia dan beberapa negara
Arab telah berkumpul di Moskow pada 25 sampai 26 Mei lalu dan
mengeluarkan apa yang disebut "fatwa" mengutuk Jihad. Di hotel mewah Ritz Carlton, perwakilan dari berbagai ragam sekte
Islam membuka konferensi yang disebut "Doktrin Islam Terhadap
Radikalisme", lapor
Kavkaz Center Senin (28/5/2012). Acara ini dihadiri oleh "ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat"
serta oleh "ahli Islam" perwakilan dari Kuwait, Lebanon, Maroko,
Bahrain, Tunisia dan negara lainnya.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Pusat Internasional
Al-Wasatiyyyah yang diwakili afiliasi Al-Wasatiyyah Rusia dan Persatuan
Ulama Muslim Internasional yang dipimpin oleh Yusuf Qaradhawi.
Perlu diingat bahwa beberapa ulama Islam modern terkemuka
mengeluarkan takfir kepada Qaradhawi karena banyak fatwa yang melanggar
Hukum Syariah dan telah keluar jauh dari Islam.
Di Moskow, ibukota negara kafir Rusia, yang telah melancarkan perang
sengit melawan Islam sepanjang sejarahnya, orang-orang ini dan
organisasi-organisasi ini berencana untuk bekerja mengeluarkan
penafsiran mengenai "Jihad", "Takfir" dan "Khilafah".
Panitia dan peserta konferensi yakin bahwa penafsiran dari
istilah-istilah tersebut mengarah ke "radikalisasi" Muslim di Rusia dan
seluruh dunia. Jadi mereka berusaha untuk mengubah arti dari istilah
tersebut.
"Selama dua hari kerja keras, para peserta konferensi menerima teks
kesimpulan teologi, menjelaskan melawan hukum kekerasan Muslim terhadap
pakar dari agama dan ideologi lain (Dan perangilah mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata
untuk Allah (2:193-catatan KC) serta (Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, (3:28-catatan KC), interpretasi radikal hukum Islam
yang berkaitan dengan masalah perang dan perdamaian, untuk melawan hukum
dari pelanggaran hukum di sebuah negara tempat tinggal dan
memproklamirkan perjuangan bersenjata melawan otoritas negara dan
sebagainya," ujar pesan dari penyelenggara.
Coretan-coretan ini disebut dengan "Deklarasi Teologi Moskow".
Sebagaimana dinyatakan, itu akan didistribusikan ke semua negara yang
dihuni oleh kaum Muslimin-khususnya akan disebarkan oleh para ulama
boneka dalam setiap khutbah Jumat mereka di Masjid-masjid.
Ketentuan-ketentuan dalam dokumen akan diajarkan di dalam
lembaga-lembaga Islam dan akan dimasukkan ke dalam literatur teologis
dan akademis.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh pemimpin boneka Kadyrov, Sultan
Mirzayev yang menggambarkan perasaannya mengenai acara tersebut sebagai
berikut :
"Menurut saya, kebutuhan untuk peristiwa semacam ini telah
berlangsung lama, meskipun sudah terlambat sekarang, saya ingin
berterima kasih kepada administrasi presiden Rusia, presiden pertama
Chechnya Akhmad Kadyrov dan Ramzan Kadyrov untuk dukungan materi dan
moral."
Setelah pertemuan Moskow, beberapa peserta dibawa ke Chechnya yang diduduki.
Ibukota Chechnya, Jokhar, dikunjungi oleh Wakil Menteri Awkaf dan
Urusan Islam negara Kuwait, Adel Abdullah Al-Falah. Saat dia turun dari
pesawat, segera ia berbicara mengenai apa yang disebut bahaya yang
datang dari "Wahhabisme".
"Kami ingin menyatakan bahwa Wahhabi tidak ada hubungannya dengan
agama. Tindakan kriminal mereka, mereka menajiskan agama dan menghina
perasaan ummat Islam," klaim pejabat Kuwait tersebut.
Anehnya, statemennya dibuat di hadapan "Wahhabi" dari Arab Saudi :
"Sekjen Dewan Saudi untuk Urusan Agama, Saleh bin Husenin Al-Aida dan
Sekjen Organisasi Internasional Penghafal Al Qur'an, Abdullah bin ali
Basfar.
Dari bandara, para "ulama" ini pergi ke Khosi-Yurt, mendatangi makam
para tokoh murtadin Chechnya, keluarga Kadyrov yang telah meninggal
beberapa tahun lalu. Makam ini juga secara teratur dikunjungi oleh
Putin dan anteknya, yang menaburkan bungan dan karangan bunga di makam
itu. (haninmazaya/
arrahmah.com)