(Arrahmah.com)
– Putra seorang tokoh Hamas yang kemudian murtad karena beralih ke
agama Kristen dan sepuluh tahun bekerja sebagai mata-mata penjajah
zionis Yahudi, Mush’ab Hasan Yusuf, pada Rabu sore (20/6/2012) tiba
kembali ke negara zionis itu untuk membuat film yang melecehkan Nabi
Muhammad SAW.
Mush’ab, 34 tahun, adalah warga Palestina kelahiran kota Ramalah,
Tepi Gaza dan putra dari salah seorang tokoh pendiri gerakan Islam
Hamas, syaikh Hasan Yusuf. Syaikh Hasan Yusuf sendiri telah berlepas
diri dari anak durhaka itu.
Mush’ab masuk agama Kristen dan bekerja sebagai mata-mata penjajah
zionis Yahudi selama lebih dari sepuluh tahun. Kejahatannya berhasil
dibongkar oleh mujahidin Hamas pada
tahun 2010. Mush’ab lantas melarikan
diri ke California, Amerika dan mendapatkan suaka politik di negeri
salibis itu.
syaikh Hasan Yusuf
Pada Rabu sore (20/6/2012), ia kembali datang ke negara zionis
Israel. Dalam konferensi pers yang digelar di Bait Aghirun, Al-Quds
Barat, Mush’ab dengan bangga memuji ‘demokrasi’ Israel, “Ini adalah
negaraku, saya kembali kepadanya, dan saya tidak khawatir terhadap
apapun.”
Di hadapan wartawan, Mush’ab memuji mentornya di dinas intelijen
Israel yang kini bekerja sebagai pengacara, Gunen ben Ishak. Mush’ab
juga membanggakan hasil kerjanya selama menjadi agen intelijen Israel,
“Apa yang saya lakukan menjadi sebab tercegahnya aksi-aksi pengeboman
dan penumpahan darah bangsa Israel.”
Mentornya, Ben Ishak, turut melontarkan pujian kepadanya, “Apa yang
telah dipersembahkan oleh Mush’ab adalah jasa yang sangat besar, negara
Israel tidak mungkin akan melupakannya. Ia telah mencegah terbunuhnya
banyak warga Israel dan ia menggagalkan banyak aksi pengeboman. Jika
pada suatu hari dinas intelijen Israel membuka-buka kembali arsipnya,
maka dinas akan menemukan begitu banyak informasi berharga yang telah ia
sumbangkan.”
Mengenai tujuan kehadirannya kembali di negara zionis Yahudi itu,
Mush’ab menyatakan di hadapan para wartawan, “Saya ingin membuat sebuah
film yang di kota Al-Quds, yang menunjukkan kedengkian saya kepada nabi
Muhammad dan kebencian saya kepada Islam.”
Mush’ab
menambahkan, “Saya mempunyai alasan-alasan tersendiri untuk membuat
film itu. Alasan pertama tentu saja adalah kebencian saya kepada
prinsip-prinsip ajaran Islam yang statis sejak 1 abad. Nabi mereka,
Muhammad, membolehkan pembunuhan dan ia menikahi seorang gadis berusia
sembilan tahun.”
Kemunculan dan siaran pers yang digelar Mush’ab di negara penjajah
zionis Yahudi itu telah menimbulkan kegemparan media massa di Timur
Tengah. Penjajah salibis dan zionis akan selalu menganak emaskan
orang-orang murtad yang rela menjadi budak mereka demi kenikmatan hidup
dunia yang sesat. Kisah mereka selalu diblow up oleh media massa
internasional yang berada dalam genggaman kelompok Yahudi.