Syria (salam-online): Ratusan “jihadis” Kuwait
melintasi perbatasan Turki, dan memasuki wilayah Suriah mendukung
Pejuang Pembebasan Suriah (FSA), melawan tentara Suriah. Para pejuang
Suriah (FSA) terus bertempur melawan pasukan rezim Presiden Suriah
Bashar al-Assad, ungkap sumber berita di Kuwait, Minggu.
FSA, kekuatan perlawanan bersenjata utama di Suriah, dilaporkan
menyambut para pejuang Kuwait, dan bersama-sama melakukan “operasi
jihad”, demikian kerabat para pejuang Kuwait mengungkap kepada
koran Teluk,
al-Qabas.......
Dalam skala besar para “jihadis” dari negara-negara Islam lainnya,
seperti kelompok yang berasal dari Aljazair, Saudi dan Pakistan, juga
bergabung dengan ratusan “jihadis” yang berasal dari Kuwait, yang sudah
tiba lebih dahulu di wilayah Suriah, demikian laporan media
al-Qabas.
Para “jihadis” yang sudah tiba di Suriah, semuanya diberikan kartu
identitas Suriah. “Ini benar-benar kondisi darurat,” kata kerabat
“jihadis” itu.
Mereka kemudian dipersenjatai dan dikirim ke berbagai provinsi di
Suriah. Kerabat para pejuang juga mengatakan bahwa banyak para
“jihadis” yang ditolak, saat mereka mendaftar di FSA, karena mereka
masih di bawah umur (usia 18 tahun), tambah laporan itu.
Laporan itu mengatakan, sejumlah senjata yang akan digunakan
berperang oleh para “jihadis” sudah menumpuk di perbatasan Turki.
Nampaknya, tidak ada cara lain yang dapat menyelamatkan rakyat Muslim di
Suriah, kecuali dengan cara jihad, melawan rezim Bashar al-Assad, yang
terus menerus melakukan pembantaian terhadap rakyatnya. Ratusan orang
setiap harinya terbunuh oleh pasukan yang setia kepada Assad.
FSA sebagian besar terdiri dari mantan tentara Suriah yang melakukan
desersi, sebagai bentuk protes terhadap tindakan brutal yang dilakukan
pasukan pemerintah yang telah menewaskan 14.500 orang lebih, sejak
Maret 2011, demikian menurut laporan peninjau Hak Asasi Manusia di
Suriah.
“Aktivitas meningkat datang sebagai sebuah upaya internasional, dan
negara-negara Islam, yang ingin berusaha mengakhiri rezim Bashar
al-Assad,” tulis Liz Sly,
The Washington Post, Sabtu (9/6/2012).
Awal tahun ini, Wakil Menteri Dalam Negeri Irak mengatakan, para
“jihadis” Irak telah memasuki Suriah, dan senjata dikirimkan kepada para
pejuang yang menentang rezim Bashar al-Assad. Bulan Maret, seorang
Syeikh dan pemimpin Sunni Irak mengaku telah mengirim “Ratusan orang,
puluhan ribu dolar, dan senjata serta bantuan lainnya” untuk mendukung
para pejuang Suriah.
Para Syeikh, yang identitasnya dirahasiakan selama wawancara dengan
The Daily Telegraph, mengatakan bahwa setengah lusin anak buahnya telah membayar dengan nyawa mereka selama konflik sipil berdarah di Suriah.
Dia
juga mengatakan kepada surat kabar itu, telah membeli 100 Kalashnikov,
50 roket peluncur granat. “Seratus Kalashnikov tidak akan menurunkan
Assad,” ucapnya. Sekarang sejumlah negara Arab dan Afrika sedang
mempertimbangkan mengirimkan “orang-orangnya” guna membantu perjuangan
melawan rezim Syiah Bashar al-Assad.
Nampaknya, kekejaman Bashar al-Assad yang sangat brutal terhadap
rakyatnya, membangunkan kesadaran Muslim di seluruh dunia, dan mereka
bahu-membahu, pergi berjihad ke Suriah. Suriah yang menjadi ladang
pembantaian, kini berubah seperti Afghanistan, saat diduduki Soviet,
dan membangkitkan ruhul jihad kaum Muslimin di seluruh dunia.
(af/voa-islam/salam-online.com)