ARIZONA (salam-online): Sebuah penelitian
oleh Center for Strategic Communication di Arizona State University
(ASU), Amerika Serikat berhasil mengungkap misi perjuangan Al- Qaidah
yang sesungguhnya. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa Al-Qaidah
tidak berniat menghancurkan peradaban Barat, melainkan hanya membela
diri.
Daily Mail Online,
Selasa (10/7/2012), memberitakan, studi itu menumbangkan anggapan Barat
bahwa kelompok “ekstremis” seperti itu hanya berniat menegakkan
kekuasaan Islam di mana-mana. Para peneliti menyimpulkan, tujuan
kelompok ekstremis itu adalah mempertahankan diri dan keyakinan mereka.
Studi itu dilakukan dengan menganalisis 2.000 teks propaganda yang
digunakan Al-Qaidah dan kelompok “ekstremis” Islam lainnya dalam kurun
waktu 1998 hingga 2011. Dari teks itu terlihat bahwa tujuan kelompok itu
sebenarnya hanyalah pertahanan diri.
Peneliti juga mengumpulkan lebih dari 1.500 katalog yang dikutip dari
Al-Qur’an yang digunakan para “ekstremis” untuk menguatkan argumen
mereka. Lalu, peneliti itu meneliti surat atau ayat dari kata-kata yang
dikutip itu...
.klik tajuk/link
Misalnya surah At-Taubah ayat 5 yang antara lain menyebutkan,
…Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.”
Peneliti
terkejut karena ternyata ayat (yang konteksnya perang itu) itu hanya
tiga kali digunakan para “ekstremis” sebagai landasan perjuangan mereka.
Seharusnya, jika mereka benar-benar berniat melakukan kekerasan dan
menebar kebencian, maka ayat itulah yang dijadikan landasan perjuangan.
Pada kenyataannya tidak demikian. Dari 2.000 teks propaganda itu,
ternyata hanya ada tiga yang menyebutkan penggalan ayat tersebut.
Para peneliti menyatakan, hal itu menunjukkan bahwa Barat telah salah
menilai kelompok “ekstremis” Islam. Karena itu, memberikan pemahaman
mengenai hal ini bisa memutarbalikkan pandangan Barat bahwa kelompok
“ektremis” Islam ingin menguasai Barat. Kesimpulan penelitian ini juga
bisa membantu upaya menghentikan konflik global.
“Kami sangat terkejut karena ternyata ayat itu hanya sedikit sekali
mereka gunakan,” ujar Bennett Furlow, asisten penelitian dan salah satu
dari tiga penyusun hasil studi itu.
“Penemuan ini juga menyangkal konsep pertentangan peradaban (
a clash of civilization),” tegas pemimpin penelitian Jeff Halverson, profesor di Liberal Arts and Sciences di ASU.
“Apa yang dikatakan para “ekstremis” terhadap kaum Muslimin adalah,
masyarakat kami sedang diserang dan Allah SWT akan membela kami jika
kita mempunyai keimanan dan keberanian. Jadi, jika kita menggambarkan
mereka sebagai setan penakluk, maka kredibilitas kita bisa diragukan.
Sebab, sesungguhnya kaum Muslimin melihat mereka sebagai pelindung dan
pahlawan,” tegas Halverson.
(inilah.com/salam-online.com)