Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis lapis,
kamu sekali kali tidak melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang ? Kemudian pandanglah sekali lagi,
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS Al Mulk : 3-4)
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis…
Didalam Sahih Bukhari , mengenai lapisan langit juga
diceritakan dalam uraian hadist yang panjang , dimana petikan peristiwa
mi’raj Nabi SAW yang diberitakan oleh anas bin malik, Rasullullah
saw menceritakan, bahwa dibeberapa langit beliau bertemu dengan para
nabi, Adam, Idris, Musa , Isa, dan Ibrahim as, tetapi tidak diceritakan
di langit mana masing masing mereka berada, selain hanya menyebutkan,
Adam dilangit pertama dan Ibrahim di langit keenam…(Sahih Bukhari, perihal Sholat, hal 131, No. 211)
Cukup banyak pendapat ahli agama maupun astronomi yang
mencoba mentafsirkan lapisan langit ini, dengan metoda dan keilmuan yang
terus berkembang, dengan atau tanpa melalui percobaan ekspedisi luar
angkasa. Dimana penelitian cakrawala ini selalu menjadi tantangan buat
manusia yang ingin berfikir mengenai rahasia ilmu yang terbentang luas
di alam ini....klik tajuk/ link
Ayat tersebut merupakan salah satu ayat yang memancing
sebuah motivasi, khususnya ummat Islam untuk meneliti dan berfikir
mengenai rahasia cakrawala, walaupun teori yang dihasilkan belum tentu
mencapai kesimpulan yang pasti, dan itu sifat dasar pengetahuan manusia
yang selalu dinamis, dimana satu teori analisa, kadang memperkuat teori
yang lain, kadang pula bertentangan satu sama lainnya. Hal itu wajar
sekali karena cakrawala ini adalah ayat ayat Allah yang sangat besar
dibandingkan kemampuan daya fikir manusia yang serba terbatas ini.
Hal itu dipertegas pula oleh As Syahid Sayid Quthb dalam
karya monumentalnya Az Zilal menyatakan bahwa dalam mentafsirkan langit
tujuh tingkat itu jangan ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan alam yang
bisa berubah ubah, karena penyelidikan manusia tidaklah pernah berhenti
dan tak pernah sempurna dalam menghadapi cakrawala yang begitu luas,
cukup sajalah dengan iman terhadap artinya, langit yang diciptakanNya
adalah tujuh tingkat, kita percayai itu dan bagaimana tujuh tingkatnya
itu, Allah lah yang lebih tahu…
Kamu sekali kali tidak melihat pada ciptaan
Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?
Dunia ini pada hakikatnya selalu mengagumkan dan menambah
ketakjuban kita, seorang ahli alam, dengan ilmunya, penelitiannya,
perhitungannya, penyelidikannya dengan metodenya, menjelaskan, bahwa
berjuta juta bintang di angkasa luas, dengan kekuatan gaya pusat, dapat
tetap ditempatnya masing masing dan sangat sempurna peredarannya ,
sebagaimana kekuatan tarik menarik dalam alam ini, dapat menjaga
keseimbangan masing masing dan menghalangi tabrakan antara yang satu
dengan yang lain.
Selanjutnya mengenai jarak matahari dan bintang bintang,
dapat dijelaskan mengenai berapa ukurannya, kecepatan perjalanannya dan
jauhnya dari bumi, semuanya penuh dengan kesempurnaan dan keseimbangan,
dan lihatlah keindahan susunan bintang di malam hari, penuh dengan
misteri serta kesempurnaan, dimana kadang gugusan itu membentuk susunan
yang cantik.
Cobalah lihat sekali lagi bahkan berulang ulang, adakah
ketidak seimbangan pada alam semesta ini…. Ini merupakan tantangan yang
rumit yang tidak bisa dicerna oleh akal, dan akhirnya terjawab dengan
pertanyaan siapakah pengarang kitab alam semesta itu yang penuh dengan
keajaiban, apakah karangan itu ada pengarangnya, apakah susunan itu ada
penyusunnya dan siapa yang mengadakan benda itu, siapakah yang
mengadakan bintang bintang yang beredar dengan tertib dan teratur,
siapakah yang mengendalikan semua itu..
Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat
dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
Ayat ini menyuruh kita mengulangi penglihatan sekali lagi
bahkan berulang ulang, karena apabila penglihatan itu diulangi akan
melihat suatu keajaiban baru, dan niscaya tidak menemukan sesuatu yang
cacat bahkan kita akan merasakan kepayahan. Kepayahan karena kagum akan
kebesaran Ilahi, karena kesempurnaan alam itu terdapatlah sifat sifat
Allah yang terlukis jelas padanya seperti Kesempurnaan, Keindahan dan
Kemuliaan.
Allah, menurut Islam, menciptakan dunia dan menanamkan di
dalam dunia ini pola system abadi Nya yang menjadikan sebuah kosmos.
Dia merancangnya sedemikian rupa sehingga mengundang kekaguman,
sempurna, teratur, dapat dibentuk, bagian bagiannya secara kausal dan
saling terikat, Allah mengajak manusia untuk mengkaji dan meneliti alam,
untuk membuat deduksi yang penting hingga manusia mengakui
kebesaranNya, hingga menyembah dan mengabdi Nya.
Diantara perasaan kagum akan Kebesaran Allah, maka terasa
kecillah manusia ini dibawah kekuasaan Ilahi, lalu timbul rasa syukur
yang sedalam dalamnya karena kita diberi akal untuk berfikir dan daya
resap untuk menikmati bukti Kekuasaan Allah yang terbentang kemana saja
mata memandang.
Ayat tersebut mencoba untuk menjelaskan sejumlah bukti
Kekuasaan Allah yang sangat seimbang dan sempurna, dan setiap rahasia
alam yang terbuka, manusia bertambah takjub dan kian nyaring kedengaran
suara hatinya, menanyakan, siapakah yang menciptakan alam ini, kalau
ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya, maka suara batin dari lubuk
hati membisikkan, bahwa Pencipta itu adalah Allah, Tuhan Pemimpin
semesta alam.
Al Qur’an yang mengandung perintah, peringatan,
penganjuran, dan mendorong manusia untuk mengamati fenomena alam yang
sangat seimbang dan sempurna seperti penggantian siang dan malam,
gerakan bintang gemintang, matahari dan bulan, dan benda benda langit
lainnya, kelahiran dan kematian, kehidupan, pertumbuhan dan kematian.
Begitupun keragaman dan keindahan bunga, pohon dan buah, suku, bangsa,
budaya , etnis, gunung, sungai, lembah. semuanya adalah ayat yang
menunjukkan Pencipta dan Sumber Tatanan.
Dan Al Qur’an mengajarkan manusia untuk mengamati,
menyelidiki dan memahaminya, dan mengajak setiap muslim untuk menjadi
ilmuwan yang menyelidiki setiap bidang dan segi alam; Allah menyeru
manusia untuk mencari pengetahuan terluas yang paling mungkin, dengan
keyakinan bahwa manusia akan menemukan bahwa klaim Islam tentang Tuhan
dan PerintahNya, tentang alam, tentang manusia dan sejarah adalah
benar.
Islam menjadikannya sebagai titik keimanan untuk
mengenali adanya Allah dalam pengaturan alam ini , dan dengan dorongan
semangat qur’ani, Ilmu menjadi hobi manusia. Sehingga orang miskin dan
raja bersaing mendapatkan pengetahuan. Dalam masa kejayaan Islam
generasi awal , setiap muslim merasa dirinya layaknya wajib militer
untuk mencari ilmu, sebagian besar energi dan kekayaaan ummat yang
begitu berharga digunakan dalam upaya ini.
Dorongan Islam dalam ilmu pengetahuan mematahkan monopoli
para filosof yunani , ataupun rahib gereja maupun pertapa di kuil,
hingga menyebabkan khazanah dan gudang pengetahuan sangat diminati, dan
keilmuannya menjadi popular dikalangan ummat. Tercatat dalam sejarah
bagaimana kota Andalusia, Bagdad, menjadi sebuah Kota Ilmu yang
menjadikan sains sebagai pekerjaan ummat, bahkan sejarah manusia
sebelumnya tak pernah menyaksikan perkembangan luas pencarian ilmu
pengetahuan seperti ini. Kemajuan ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh
pemeluk baru Islam sangat luar biasa, seperti di Asia tengah dan
tenggara serta Afrika , akal fikiran manusia bergerak dari animisme
langsung ke modernitas begitu memeluk Islam, dan menunjukkan revolusi
besar semangat manusia dibawah semangat Islam.
Kondisi inilah yang seharusnya diupayakan terulang
kembali pada era ini, dimana ummat harus kembali kepada system Islam
dengan keyakinan yang dilandasi oleh Al Quran , kembali kepada semangat
qurani yang telah lama dilupakan oleh ummatnya, hingga menjadi ummat
yang kritis dengan kepribadian matang, kembali menempatkan dan
memantapkan semangat jihad untuk memposisikan kondisi ummat menjadi yang
terbaik. Tidak ada kata maupun kalimat yang pantas diucapkan kepada
para pemuda, mahasiswa, birokrat, ilmuwan, pengusaha, atau apapun posisi
sosialnya di masyarakat untuk segera sadar dan bangkit dari
keterbelakangan kecuali mulailah saat ini juga untuk bergerak dan
bergerak tanpa henti untuk melakukan loncatan besar dengan keyakinan
qur’ani , kekuatan jihad dalam segala hal secara moril maupun materil,
kejar ilmu pengetahuan, ambil ilmu itu layaknya hikmah yang tercecer
dimanapun juga, bangun kembali system qur’ani agar tampil kembali di
bumi Allah ini, hingga ummat ini menempatkan posisi kebangkitan yang
kedua kalinya, Wallahu a'lam bish-shawab.(msn)