Ulama secara bahasa adalah jama’ (bentuk plural) dari kata alim. Artinya, orang yang memiliki ilmu yang membawanya takut hanya kepada Allah (lihat QS. Al-Fathir : 28)
Keberdayaan ulama maksudnyakemampuan ulama untuk melaksanakan tugas utama sebagai waratsatul anbiya,
sebagai reformer di masyarakat dan melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi
mungkar. Peran ini akan terlaksana secara baik bila seseorang memiliki
ilmu keislaman yang mumpuni sehingga hanya Allah saja yang ditakuti,
independen dan bebas dari koptasi penguasa atau kelompok tertentu.
Umat
Islam masih menjadi umat terbaik dan berwibawa ketika ulamanya berdaya
untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, baik kepada penguasa
maupun kepada seluruh anggota masyarakat. Allah swt berfirman, “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran : 110)
Sebaliknya, ketika ulama tidak melakukan tugasnya sebagai waratsatul anbiya sehingga
membiarkan maksiat berkeliaran dan kemungkaran merajalela di
tengah-tengah mereka, maka Allah akan menimpakan kepada umat ini
beberapa malapetaka yang mengerikan.
Pertama, umat akan ditimpa siksa atau malapetaka hebat
Sebagaimana
diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Abu Bakar ra, bahwa ia berkata:
“Apabila suatu kaum berbuat maksiat di tengah-tengah orang yang lebih
mulia dari mereka (yaitu para ulama dan umaro) sedangkan mereka tidak
merubahnya, maka Allah akan menurunkan malapetaka yang tidak akan
dientaskannya dari mereka.” Krisis yangmenimpa bangsa ini tidak lain
akibat diamnya para ulama terhadap berbagai kebobrokan dan kemaksiatan
yang terjadi di kalangan penguasa dan rakyat pada umumnya. Bahkan ada
kecenderungan beberapa ulama dalam segala levelnya sebagai pemberi
legitimasi semua kebijakan pemerintah yang menyimpang.
Kedua, umat akan dikuasai oleh para preman dan orang-orang jahat
Diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim dalam Kitab Al-Hilyah, dari Abi ar-Riqaad, bahwa ia
berkata: “… Hendaknya kamu memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang
mungkar dan menyuruh kebaikan atau kamu sekalian akan disiksa bersama
atau kamu diperintah oleh orang-orang jahat di antara kamu kemudian bila
para tokohnya berdo’a tidak lagi dikabulkan.”
Diriwayatkan
Ibnu Abi Syaibah dari Utsman ra, bahwa ia berkata, “Perintahkan yang
ma’ruf dan cegahlah yang mungkar sebelum kamu sekalian dikuasai oleh
orang-orang jahat dan ketika para tokoh berdo’a tidak lagi dikabulkan.”
Munculnya
berbagai kerusuhan di mana-mana yang dipicu oleh para provokator,
ketidakmampuan aparat keamanan untuk mengantisipasi kerusuhan sebelumnya
atau menangkalnya sedini mungkin menunjukkan para ulama tidak berdaya
berperan sebagai pemimpin umat dan berusaha mendorong penguasa untuk
menyelesaikan berbagai kerusuhan tersebut secara bijaksana.
Ketiga, umat akan saling berperang dan membunuh
Akhir-akhir
ini, terjadi tawuran dan kerusuhan antar umat Islam sendiri. Ini juga
akibat dari ketidakberdayaan ulama untuk membimbing umatnya secara baik.
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Abi Riqad bahwa ia berkata, “Mudah-mudahan
Allah melaknat orang yang bukan dari golongan kami. Demi Allah,
hendaknya kamu sekalian memerintah kepada yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar atau kamu sekalian akan saling membunuh, kemudian orang-orang
jahat berkuasa atas orang-orang yang baik dan akan menghabisinya
sehingga tidak ada lagi orang yang berani melakukan amar ma’ruf dan nahi
mungkar, lalu kamu sekalian berdo’a tapi tidak dikabulkan karena
kedurhakaanmu.”
Keempat, tidak dikabulkannya do’a umat Islam kendati para ulama dan tokohnya yang memanjatkan do’a bersama
Kita
sering mendengar tokoh-tokoh umat menggelar acara do’a bersama dengan
harapan agar krisis yang dialami bangsa ini cepat berlalu. Namun
kenyataannya, problematika umat semakin kompleks dan menggurita. Karena
do’a tidak akan dikabulkan bila para ulama tidak berdaya melaksanakan
amar ma’ruf nahi mungkar sebagaimana diriwayatkan Al Harits dari Ali ra,
bahwa ia berkata, “Hendaknya kamu sekalian melakukan amar ma’ruf dan
nahi mungkar, atau kamu sekalian akan dikuasai orang-orang jahat dari
kamu dan kemudian ketika orang-orang pilihanmu itu berdo’a, tidak
dikabulkan.”
Agar
do’a bersama kita dikabulkan, krisis dan kerusuhan diangkat Allah, kita
perlu merubah dan memperbaiki apa yang ada dalam diri kita. Seagaimana
yang difirmankan Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan
suatu kaum sehingga kaum itu mau merubah apa yang ada dalam diri mereka
sendiri.” (QS. Ar-Ra’d : 11).
Mari
kita mendorong para ulama dan tokoh masyarakat untuk lebih peduli
terhadap amar ma’ruf nahi mungkar. Kita sebagai individu muslim, orang
tua maupun tokoh masyarakat juga harus terlibat dalam gerakan ini. Mari
kita berantas semua bentuk kemaksiatan di rumah dan lingkungan
masing-masing. Dengan langkah inilah, kita akan keluar dari krisis. (DR.
Ahmad Satori)
Buletin Tafakkur ed. 42/II[eramuslim.com]