Seorang ulama senior Saudi menyebut tindakan berdosa dalam praktik "membeli"
follower di situs sosial jejaring populer Twitter, media setempat melaporkan Sabtu kemarin (18/8).
Ulama senior Syaikh Abdullah mengatakan kepada situs berita Saudi Sabq
secara online bahwa merupakan "kebohongan dan fitnah" untuk membayar
uang kepada perusahaan untuk menciptakan
follower Twitter - yang dianggap sebagai praktik umum di kalangan selebriti dan tokoh agama di dalam kerajaan.
Taktik seperti itu, dia dilaporkan berkata, menciptakan "hantu" bagi para pengguna Twitter.
Sebelumnya Al Arabiya melaporkan awal bulan ini bahwa seorang pria Saudi telah membeli ribuan
follower Twitter dan kemudian mengespos praktek tersebut.
Abdul Rahman al-Kharashi "berkicau" pada tanggal 27 Juli bahwa ia telah membeli
follower sehingga dari 600 melonjak sampai 183.000
follower dan berencana melakukan pembelian sampai dengan 500.000
follower......klik tajuk/ [di
sini]
Perusahaan di dalam kerajaan dilaporkan mematok biaya antara $ 70 dan $ 270 untuk menambah hingga 10.000
follower baru ke akun Twitter pelanggan.
Artikel Saqb selanjutnya mengutip psikolog klinis Saudi Dr Talal Tsaqafi
yang mengatakan bahwa "orang yang membayar uang demi meningkatkan
jumlah
follower memiliki kepribadian lemah dan terganggu, dan tidak dapat mencapai prestasi yang dengan cara lain. "
Dalam diagnosisnya, ia menambahkan bahwa jenis seperti orang ini telah
menderita dari rasa kekosongan internal, dan dengan meningkatkan jumlah
follower, ia memenuhi kekosongan tersebut, dan menarik perhatian pada dirinya sendiri.(fq/aby)[
http://eramuslim.com]