Sumber: eramuslim.com
Pemerintah Mesir tidak boleh meminjam dari Dana Moneter Internasional
(IMF) untuk memperkuat cadangan kas negara, sebuah parti Islam
menyatakan pada hari Rabu lalu, menambahkan bahwa pinjaman itu telah
melanggar syariat Islam.
Parti salafi An-Nur mengatakan bahwa pinjaman dari IMF, yang secara
resmi diminta oleh pemerintah awal minggu ini, merupakan salah satu
bentuk "riba."
"Pinjaman dari luar negeri adalah riba," kata Younis Makhyoun, seorang
pejabat tinggi An-Nur, menurut situs berita Egypt Independent.
"Allah tidak akan pernah memberkati ekonomi yang didasarkan pada riba," tambahnya.
Mahkyoun menyerukan kepada Perdana Menteri Hisyam Qandil untuk menemukan
cara lain dalam mengumpulkan dana, bukan dengan memungkinkan orang
asing untuk campur tangan dalam urusan Mesir.
Sebaliknya, Mahkyoun menyarankan agar pemerintah mengurangi pengeluaran,
menerapkan kebijakan penghematan, menetapkan upah maksimum, menerapkan
syariat Islam untuk spekulasi bursa saham dan repatriasi dana yang
tersedot ke luar negeri, Egypt Independent melaporkan.
Pemerintah Mesir pada Rabu lalu menyambut baik kunjungan oleh direktur
IMF Christine Lagarde dan meminta peningkatan pinjaman yang ditawarkan
oleh IMF.
Selama kunjungannya ke Kairo, Lagarde bertemu Presiden Muhammad Mursi
dan Perdana Menteri Hisyam Qandil dan menekankan perlunya program
reformasi untuk menangani krisis ekonomi negara itu.
"Pinjaman secara umum senilai 3,2 miliar dolar AS. Kami berbicara
tentang peningkatan hingga 4,8 dan mungkin lebih, "kata Qandil dalam
konferensi pers bersama dengan Lagarde.