Sumber(Arrahmah.com)
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada Rasulullah, keluarga, sahabat dan setiap orang yang setia
mengikutinya. Amma ba'du
Kekuatan kafir internasional dan antek-anteknya telah bekerja keras
untuk memalingkan dunia internasional dari hakekat serangan 11 September
dan pesan yang hendak dikirimkan oleh kelompok mujahidin Al-Qaeda lewat
serangan terhadap simbol-simbol kekuatan AS tersebut. Meski demikian,
kekuatan kafir internasional tetap saja tidak mampu menyembunyikan
sebuah hakekat bahwa serangan 11 September merupakan sebuah deklarasi
tentang dimulainya satu fase baru dalam pertarungan dengan kekuatan
kafir internasional yang dipimpin oleh AS.
Selama ini AS menjadi super power dunia yang menguasai sepenuhnya
dunia dari segala aspeknya, sampai akhirnya terjadi serangan 11
September yang penuh berkah untuk merubah bentuk pertarungan dan memulai
sebuah fase baru di mana mujahidin menjadi sebuah kekuatan yang sangat
sulit ditaklukkan.
Jika kita menengok kembali serangan 11 September yang penuh berkah
itu, sesungguhnya kelompok mujahidin Al-Qaeda melakukan serangan itu
untuk menyampaikan sejumlah pesan. Bukan pesan kepada AS semata, namun
juga kepada seluruh dunia, termasuk di dalamnya dunia Islam meskipun
target utamanya tetaplah AS. Sejumlah pesan tersebut adalah:
Pesan pertama: Menghancurkan berhala yang berwujud patung Hubal modern,
yaitu AS, di mana banyak umat manusia mengangkat AS sebagai berhala yang
mereka sembah selain Allah.
Ternyata benar, keinginan Al-Qaeda itu terealisasi. "Patung" AS itu
telah hancur, berhala Hubal itu telah runtuh, sehingga seluruh dunia
terkejut dan bertanya-tanya: "Siapa orang yang berani melawan AS, sang
super power yang sekedar namanya disebut saja membuat negara-negara lain
gemetar ketakutan, negara yang sangat diperhitungkan dalam skala
internasional dan regional?"
Pada tahun 2001, AS menjadi satu-satunya penguasa dunia setelah
terpecahnya Uni Soviet. Sementara serangan 11 September yang penuh
berkah itu menargetkan lambang-lambang dominasi AS atas dunia, yaitu
Pentagon sebagai lambang kekuatan militer dan WTC sebagai lambang
kekuatan ekonomi. Serangan itu merupakan peristiwa yang sangat besar,
sementara target yang diserang adalah kekuatan super power di dunia.
Tiada pilihan lain bagi AS selain menempuh taktik gertakan dan ancaman,
demi menjaga mukanya dan mempertahankan wibawanya yang telah hilang oleh
serangan 11 September.
Untuk itu AS mengerahkan aliansi terbesar dalam sejarah manusia
dengan mengusung slogan perang melawan apa yang mereka sebut terorisme.
Abu Jahal-nya AS, si bodoh Bush meniti jejak langkah Abu Jahl-nya kaum
kafir Quraisy pada perang Badar. George W. Bush ngotot untuk melancarkan
peperangan, karena ia mengira perang tersebut sekedar sebuah piknik
belaka, terlebih ia telah menyatukan aliansi seluruh dunia untuk
memerangi satu kelompok belaka. Ya, sebuah kelompok belaka yang sama
sekali tidak memiliki sebuah negara dengan tentara nasional,
pesawat-pesawat tempur dan tank-tanknya.
Al-Qaeda sukses memancing AS untuk keluar dari negaranya, sehingga
tentara AS mulai terbunuh, terluka dan cacat seumur hidup. Hal iu belum
pernah dialami lagi oleh AS pasca perang Vietnam. Apalagi setelah
langkah bodoh yang diambil oleh George W. Bush dengan menyerang Irak.
Akibatnya invasi militer terhadap Afghan dan Irak menyempurnakan
serangan 11 September dalam menghancurkan AS dan luka-luka AS terus
mengucurkan darahnya dari seluruh persendiannya.
Kini semua pihak telah mengetahui bahwa AS pasca serangan 11
September bukan lagi AS sebelum terjadinya serangan 11 September. AS
tidak lagi mampu menerjuni peperangan baru setelah mengalami kekalahan
pahit di tangan mujahidin di Afghanistan dan Irak. Serangan 11
September, disusul oleh invasi militer ke Afghanistan dan Irak telah
menjadi sebab terbesar bagi badai krisis ekonomi yang melanda AS,
sehingga berdampak terhadap realita sosial dan realita ekonomi rakyat
AS. Sampai-sampai hal itu menimbulkan dimulainya revolusi dalam sejarah
AS, dengan adanya gerakan massa sipil yang menguasai Wall Street.[1] Intinya, serangan 11 September yang penuh berkah menjadi
sebab bagi kemunduran besar bagi peranan dan dominasi AS di dunia
internasional. Banyak negara di dunia mulai membebaskan dirinya dari
penghambaan kepada AS. Bahkan ada beberapa negara yang dalam
kancah dunia internasional tidak memiliki pengaruh apapun, kini mulai
berani secara terang-terangan menentang kebijakan AS, seperti Venezuela,
Bolivia dan lain-lain. Dunia internasional mulai menyadari bahwa selama
ini mereka memberikan kepada AS melebihi apa yang seharusnya diterima
oleh AS.
Inilah pesan penting yang hendak disampaikan oleh kelompok Al-Qaeda
melalui serangan 11 September. Melalui serangan 11 September, Al-Qaeda
telah menyampaikan pesan yang sangat penting kepada dunia Islam, bahwa
AS berada di bawah kekuasaan Allah dan tentara-tentara Allah mampu
menimpakan kerugian besar terhadap AS. Tidak seperti rezim-rezim
kriminal (rezim-rezim antek AS di dunia Islam, pent) yang selalu
menggambarkan kepada bangsa-bangsa Islam bahwa AS adalah kekuatan yang
tidak bisa dikalahkan, tidak bisa diserang, bahkan sekedar berfikir
untuk menyerangnya akan mengakibatkan bencana, kehancuran dan kematian.
Dengan serangan 11 September
yang penuh berkah, Al-Qaeda telah menyingkirkan sekat rasa takut yang
selama ini membelenggu umat Islam. Bangsa-bangsa muslim pun segera
memulai usahanya untuk membebaskan diri dari kekalahan mental yang
dideritanya. Apalagi para mujahid yang menghinakan AS di jantung
negaranya sendiri bukanlah pasukan raksasa yang memiliki pesawat-pesawat
tempur, rudal-rudal balistik antar benua, bom atom dan bom nuklir.
Mereka "hanyalah" 19 orang singa Islam, yang melalui tangan mereka Allah
mencatatkan kemenangan bagi Islam dan kaum muslimin serta kehinaan bagi
kekafiran dan kemunafikan.
Sebagaimana ditegaskan oleh singa Islam, Usamah bin Ladin, setelah
serangan 11 September dunia terbagi menjadi dua pihak; blok keimanan
yang tidak dicampuri oleh kemunafikan, dan blok kekafiran yang tidak
memiliki keimanan. Goerge W. Bush sendiri menegaskan hal itu ketika ia
menyatakan kepada dunia internasional: "Tidak ada jalan tengah. Jika
tidak bersama kami, maka berarti musuh kami."
Sejak hari itu dalam hati dan perasaan umat Islam mulai terbentuk
sebuah pemahaman tentang bentuk lain dari perlawanan terhadap kezaliman
dan kediktatoran. Khususnya setelah mereka melihat dalam perang
Afghanistan dan Irak, mujahidin memiliki kemampuan untuk menyerang
kendaraan-kendaran tempur AS sehingga berhamburan pecah di udara
bersamaan dengan pecahan-pecahan jasad tentara-tentara AS, akibat
dihantam oleh ranjau-ranjau darat dan mobil-mobil penuh bom yang
dikendarai oleh mujahidin.
Allah Ta'ala kemudian menakdirkan pemahaman tersebut terealisasikan
dalam realita, dengan terjadinya revolusi-revolusi bangsa Arab terhadap
rezim-rezim diktator yang didukung oleh AS. Jika Al-Qaeda telah menghantam berhala AS yang telah dijadikan Tuhan oleh para rezim diktator, maka tidak diragukan lagi bahwa revolusi melawan kezaliman para antek AS akan lebih mudah lagi.
Dan itulah yang benar-benar dan bisa kita saksikan dengan kedua mata kita. Syainul Fasiqin (kotoran orang-orang fasiq, nama plesetan
bagi Zainal Abidin, pent) bin Ali kabur dari Tunisia. Qaddafi sang
kriminal tewas setelah bersembunyi di selokan yang kotor. Husni Barak
duduk dengan hina di atas kursinya di belakang jeruji besi penjara.
Dengan izin dan pertolongan Allah, kita juga akan melihat keruntuhan
thaghut Syam, Bashar Asad dan rezim kriminalnya. Serangan 11
September dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudahnya berupa
kekalahan telak AS dan sekutunya di Afghanistan dan Irak merupakansebab yang sebenarnya dari terjadinya revolusi-revolusi rakyat Arab. Hal itu akan diakui oleh orang yang mau mengakuinya dan tentu saja akan diingkari oleh orang yang mengingkarinya. Pesan kedua: Barangsiapa menyerang kami, maka kami akan menyerangnya.
Barangsiapa membantai anak-anak kami, maka kami akan membantai
anak-anaknya.
AS telah menyerang umat kita. AS telah memberikan dukungan sangat
besar kepada kaum Yahudi untuk menjajah Palestina, membantai dan menawan
kaum muslimin Palestina. Maka Al-Qaeda ingin menyampaikan sebuah pesan
yang kuat kepada AS: "Hentikanlah dukungan kalian kepada kaum Yahudi!
Keluarkanlah seluruh tentara kalian dari Jazirah nabi Muhammad
shallallahu 'Alaihi wa salam! Cabutlah tangan kalian dari membackingi
rezim-rezim diktator yang membantai rakyatnya sendiri! Jika kalian
tidak mengindahkan peringatan ini, tiada pilihan selain perang dan
pembunuhan!"
Serangan 11 September adalah balasan alami atas orang-orang yang
menyerang umat kita. AS telah bekerja keras untuk memalsukan kenyataan
ini lewat kampanye massif media massa global untuk memburukkan citra
Al-Qaeda dan menggambarkan Al-Qaeda melakukan serangan tersebut sekedar
untuk membunuh warga sipil belaka.
Maka keluarlah pesan-pesan para pemimpin Al-Qaeda, melalui lisan
syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah, yang secara tegas dan terang
menjelaskan bahwa Al-Qaeda menargetkan AS karena ada alasan-alasan dan
landasan-landasan obyektif yang melatar belakanginya, di mana
alasan-alasan obyektif tersebut tidak bisa diabaikan atau diingkari.
Karena para politikus AS berupaya keras menyembunyikan alasan-alasan
sebenarnya yang melatar belakangi Al-Qaeda menyerang AS, maka syaikh
Usamah ---dengan kebijaksanaannya yang sudah sangat terkenal--- mulai
menyampaikan sejumlah pesan kepada bangsa AS secara langsung untuk
menempatkan mereka kepada tanggung jawab mereka atas kejahatan yang
dilakukan oleh para politikus mereka terhadap kaum muslimin tanpa ada
alasan yang membenarkannya. Itulah yang membuat Al-Qaeda menyerang AS.
Kita bisa melihat rakyat AS sedikit demi sedikit mulai merubah
pandangannya terhadap pertarungan ini, sampai pada taraf mereka keluar
ke jalanan dalam aksi-aksi demonstrasi menuntut penghentian perang di
Afghanistan dan Irak, setelah mereka yakin bahwa para pemimpin AS telah
membohongi mereka dan peperangan itu yang dipimpin oleh AS itu
sebenarnya untuk kepentingan Yahudi, meski mengatas namakan keselamatan
nasional bangsa AS. Pesan ketiga: Menarik perhatian dunia internasional terhadap
persoalan-persoalan kaum muslimin yang tidak dipedulikan oleh siapa pun
sebelum peristiwa serangan 11 September.
Jimmy Carter sendiri telah menegaskan hal itu, bahkan dalam setiap
kali pertemuannya dengan para pemimpin negara-negara Arab selama masa
kepresidennya. Carter menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di antara
mereka yang mengutarakan persoalan kaum muslimin di Palestina kepadanya.
Maka terjadilah serangan 11 September yang penuh berkah untuk
mengingatkan seluruh dunia bahwa kaum muslimin memiliki sejumlah
persoalan yang menuntut keadilan, sementara tangan-tangan para durjana
dan konspirasi-konspirasi jahat terhadap kaum muslimin harus dihentikan.
Untuk menegaskan hal ini, syaikh Usamah muncul dalam video pertamanya
pasca serangan 11 September dengan sumpahnya yang sangat terkenal bahwa
AS tidak akan merasakan ketenangan dan rakyat AS tidak akan merasakan
keamanan sampai kaum muslimin benar-benar merasakan keamanan di
Palestina, dan sampai seluruh tentara kafir keluar dari Jazirah nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam.
Syaikh Usamah meringkas sebab-sebab dilancarkannya serangan 11
September dengan sumpahnya ini, untuk dimulainya fase baru pertarungan
yang tak diragukan lagi merupakan pertarungan yang lebih besar. Sebab
syaikh Usamah telah mengancam akan mengusik keamanan kaum Yahudi,
sedangkan keamanan kaum Yahudi merupakan lampu merah bagi AS, AS tidak
akan membiarkan siapa pun melanggarnya. Maka AS pun melancarkan serangan
massif terhadap Al-Qaeda dan Taliban di Afghanistan. Tujuan yang
diumumkan secara terang-terangan kepada dunia internasional adalah
mencabut "teroris" Al-Qaeda dan Taliban sampai ke akar-akarnya setelah
mullah Umar menolak untuk menyerahkan syaikh Usamah kepada AS.
Begitu tertipunya Abu Jahal-Nya AS, George W. Bush, dengan
kekuatannya sampai-sampai ia tidak menerima tertangkap atau terusirnya
syaikh Usamah dari Afghanistan sebagai target peperangan. Bush hanya mau
menerima terbunuhnya syaikh Usamah dan tercabutnya Al-Qaeda dan Taliban
sampai ke akar-akarnya sebagai target perang yang ia lancarkan.
Hal itu ternyata menjadi bencana yang menghantam Bush sendiri, AS dan
sekutu-sekutunya, dengan karunia Allah semata. Perang di Afghanistan
pun menjadi sebab utama kekalahan Bush dalam pemilihan presiden AS,
setelah ia gagal dalam perang atas apa yang ia namakan sebagai
terorisme. Pada saat yang sama, Al-Qaeda justru sukses menarik perhatian
dunia internasional terhadap persoalan-persoalan kaum muslimin.
Khususnya setelah invasi militer AS dan sekutunya ke Irak dan kemajuan
proyek umat Islam yang dipimpin oleh Al-Qaeda dengan menyebar luaskan
mujahidin di banyak tempat di luar Afghanistan. Jika sebelumnya
mujahidin hanya berada di Afghanistan saja, akhirnya dunia internasional
mulai melihat eksistensi Al-Qaeda di Yaman, Jazirah Arab, Maghrib
Islami, Irak, Somalia, Mali dan lain-lain.
Dunia internasional mulai memperhitungkan 1000 kali kekuatan
Al-Qaeda. Sampai-sampai AS sendiri yang dahulu menganggap pembicaraan
tentang perundingan dengan Al-Qaeda sebagai sebuah kejahatan, kini mulai
mencari-cari sarana untuk berunding dengan Al-Qaeda dan Taliban. Hal
itu setelah AS yakin telah mengalami kekalahan dalam perang melawan
"terorisme". AS mulai mencari-cari sarana-sarana lain agar bisa keluar
dengan minimal menjaga mukanya, terkhusus lagi setelah ikatan aliansinya
di Afghanistan dan Irak mulai lepas. Pesan keempat: Menegaskan konsep umat Islam adalah umat yang satu
Al-Qaeda yang memiliki para pemimpin dan anggota dari seluruh negara
di dunia ingin menyampaikan sebuah pesan kepada dunia Islam bahwa
membela persoalan-persoalan kaum muslimin merupakan kewajiban seluruh
umat Islam. Tidak ada tempat untuk paham kedaerahan yang dibenci oleh
Islam. Seorang muslim di Yaman akan membela saudaranya sesama muslim di
Palestina, seorang muslim di AS akan membela saudaranya sesama muslim di
Somalia. Umat Islam adalah satu, cita-citanya satu, kemuliaan sebagian
umat Islam adalah kemuliaan bagi seluruh umat Islam lainnya, dan
kehinaan yang dialami sebagian umat Islam adalah kehinaan bagi seluruh
umat Islam lainnya.
Sudah kita ketahui bersama bahwa pesan yang mulia ini telah datang
pada waktunya yang tepat saat kekuatan kafir menindas kaum muslimin di
Palestina dan Irak, ketika kekuatan kafir dan rezim thaghut bekerja sama
untuk menanamkan paham kebangsaan dan kedaerahan yang dibenci oleh
Islam. Serangan 11 September yang penuh berkah telah
mengembalikan konsep persatuan umat Islam. Buktinya, pasca invasi
militer terhadap Afghanistan dan Irak, kita mulai melihat perubahan yang
jelas dalam cara kaum muslimin memandang pertarungan. Kita melihat
putra-putra Islam berdatangan dari segala penjuru dunia ke medan-medan
pertempuran untuk menolong agama dan umat mereka. Irak telah menyaksikan
keberangkatan mujahidin kaum muslimin yang datang dari belahan bumi
timur dan barat. Sampai-sampai kita menyaksikan seorang muslim AS
berangkat ke Irak dan Afghanistan untuk memerangi tentara salibis. Hal
itu belum pernah terjadi sebelumnya kecuali di Afghanistan semasa perang
melawan Uni Soviet.
Kekuatan kafir internasional pada saat itu bekerja keras untuk
mensosialisasikan globalisasi kriminal (perang gobal melawan
"terorisme", pent) yang tidak mempedulikan kehormatan manusia dan
bertujuan untuk menguasai dunia, khususnya dunia Islam. Pada saat yang
sama, Al-Qaeda juga bekerja keras untuk mensosialisasikan globalisasi
yang bertolak belakang. Namanya adalah globalisasi jihad, menjadikan
jihad berskala global yang diikuti oleh seluruh kaum muslimin sehingga
membela agama menjadi tanggung jawab seluruh umat Islam.
Hal itulah yang sukses dilakukan oleh Al-Qaeda, tanpa diragukan lagi, lewat serangan 11 September
dan peperangan-peperangan setelahnya. Kita mulai melihat front-front
jihad melawan kekuatan kafir internasional dibuka di setiap tempat. Kita
melihat Al-Qaeda sukses memperkokoh ikatan persaudaraan iman (ukhuwah
imaniyah) antara putra-putra kaum muslimin. Kita melihat seorang mujahid
Aljazair, mujahid Palestina, Mujahid Maroko, mujahid Suriah, mujahid
Mesir dan mujahid negeri dua tanah suci (Biladul Haramain) di manapun
mereka berada menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah satu tubuh,
mereka berperang bersama di Irak, Afghanistan dan Jazirah Arab. Maka
Al-Qaeda menggagalkan kampanye-kampanye busuk yang mengajak kepada
nasionalisme dan kedaerahan yang dibenci oleh Islam, yang telah
memecah-belah umat Islam. Dengan kesuksesan itu, maka mereka menyadari
bahwa derita sebagian unsur umat Islam merupakan derita seluruh umat
Islam lainnya.
***
Ada banyak pesan yang hendak disampaikan oleh Al-Qaeda melalui
serangan 11 September yang penuh berkah. Hari ini bisa dikatakan bahwa
serangan 11 September yang penuh berkah itu telah membentuk permulaan
peperangan besar yang sesungguhnya, yang akan berakhir dengan kemuliaan
Islam dan kaum muslimin, dengan izin Allah.
Apa yang hari ini terjadi memiliki kaitan yang sangat erat dengan
serangan 11 September yang penuh berkah. Kita tidak bisa melihat
peristiwa hari ini dan apa yang akan ditimbulkan oleh revolusi Syam
tanpa kita melihat awal perubahan yang sesungguhnya, yang dimulai dari
serangan 11 September 2001, disusul oleh invasi militer salibis
internasional terhadap Afghanistan dan Irak. Peristiwa-peristiwa itu
saling berkaitan erat satu sama lainnya, dan merupakan wujud dari
kehendak Allah untuk merubah realita dunia.
Serangan 11 September telah "meringkas" zaman, mendekatkan peperangan
dan dalam skala yang lebih besar telah mendefinisikan bentuk dan
hakekat peperangan serta menegaskan kebenaran manhaj mujahidin yang
dipimpin oleh kelompok Al-Qaeda, yang memilih target paling besar dan
mematahkan punggungnya, dengan izin Allah semata. Akibat selanjutnya
adalah dipatahkannya punggung para thaghut lokal. Peristiwa itu menjadi pertanda-pertanda yang sebenarnya dari semakin dekatnya al-malhamah al-kubra (peperangan terbesar) melawan kaum Yahudi dan antek-anteknya kaum Syiah Rafidhah pendengki.[2]
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada singa umat dan guru umat,
syaikh Usamah bin Ladin, dan menerimanya di surga Firdaus yang
tertinggi. Sungguh beliau adalah seorang tokoh yang nilainya setara
dengan sebuah umat. Ia dan saudara-saudaranya kelompok mujahidin
memimpin perahu keselamatan bagi umat Islam, maka mereka menjadi jaminan
keselamatan bagi umat Islam pada saat kewajiban perjuangan ditinggalkan
oleh banyak manusia dan kelompok-kelompok Islam.
Kita bersaksi kepada Allah bahwa kita bersama Al-Qaeda dan para
mujahidin Al-Qaeda, karena kita mendapatkan pada diri mereka kejujuran
manhaj dan keteguhan prinsip. Cukuplah sebagai bukti bahwa para pemimpin
Al-Qaeda berada pada barisan terdepan dalam mengorbankan tumpahan darah
dan ceceran tubuh mereka demi agama mereka. Demikian kami menyangka
tentang mereka dan kami tidak menganggap seseorang suci di hadapan
Allah, Allah semata yang mengetahui hakekat mereka.
Enyahlah AS dan antek-antek AS! Kita semua adalah Usamah, dan setiap
umat Islam akan menjadi Al-Qaeda bagi Islam sebagaimana yang diinginkan
oleh Usamah. Orang yang rela akan rela atas hal itu dan orang yang benci
akan benci atas hal itu.
Berikut ini beberapa angka dan kalkulasi biaya yang dikeluarkan oleh
AS akibat serangan 11 September dan disusul oleh invasi militer ke
Afghan dan Irak. Biaya tersebut menunjukkan bahwa melalui serangan 11
September Al-Qaeda telah menempatkan AS dalam kesulitan yang serius:
(1). Miliaran dolar telah dikeluarkan oleh Washington untuk menjaga keamanan AS dan melindungi wilayah AS.
Hal itu mengakibatkan AS yang semula mengalami surplus 2 % dari
Produk Domestik Bruto-nya pada masa terpilihnya George W. Bush sebagai
presiden AS pada 2000 M, kini telah mengalami defisit keuangan yang
sangat berat dan beban hutang yang sangat besar sehingga berperan besar
dalam melemahkan ekonomi AS secara total.
Parahnya kemunduran ekonomi dan besarnya beban hutang AS disebutkan
secara detail oleh Joseph E. Stiglitz dan Linda J. Bilmes dalam bukunya
yang berjudul PERANG 3 TRILIUN DOLAR.[3]
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Joseph E. Stiglitz tentang
beban ekonomi yang harus diitanggung AS akibat serangan 11 September,
Stiglitz menyebutkan bahwa setiap keluarga AS harus menanggung biaya
sebesar 17.000 dolar dari biaya keamanan AS. Biaya tersebut senantiasa
meningkat sebesar 50 % sebagai akibat dari melonjaknya biaya perang
Washington di Afghan dan Irak serta operasi-operasi militer AS di luar
negeri yang belum dihitung sampai saat ini.
Secara global, kerugian yang dialami oleh kota New York akibat
serangan 11 September adalah US $ 95 milyar. Jumlah ini termasuk
pekerjaan yang hilang, kerugian pajak, biaya renovasi bangunan yang
rusak dan operasi pembersihan gedung yang hancur.
Sumber: Institut Studi dan Kajian Keamanan Internasional, 2004.
(2). Kerugian yang dialami oleh perusahaan penerbangan AS akibat
penutupan jalur penerbangan dan pembatasan-pembatasan lainnya yang
diterapkan pasca serangan 11 September mencapai US $ 10 billion.
Sumber: Institut Studi dan Kajian Keamanan Internasional, 2004.[4]
(3). Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para pakar ekonomi dan
militer tentang besarnya biaya yang dikeluarkan oleh AS dalam perang di
Afghanistan dan Irak. Sejak tiga tahun yang lalu, Joseph E. Stiglitz dan
Linda J. Bilmes menghitung biaya yang harus dikeluarkan oleh AS dalam
perang di Irak berkisar antara 3 sampai 5 triliun dolar. Dan angka itu
terus meningkat. Sementara itu majalah News Week menyebutkan bahwa
operasi militer AS di Pakistan, Afghanistan dan Irak menelan biaya
sebesar 2,6 triliun dolar. Dengan demikian, menurut majalah News Week
total biaya penjagaan keamanan nasional AS memakan biaya sebesar 3,228
triliun dolar.
Sumber: Koran Al-Ahram, Mesir.
(4). Sebuah laporan ekonomi AS menyebutkan bahwa defisit perdagangan AS selama sepuluh tahun terakhir meningkat sebesar 25 %.
Biaya perang di Irak sampai tahun 2008 mencapai 3 triliun dolar, dan
dunia internasional mengalami kerugian ekonomi dalam jumlah yang sama
besar dengan kerugian AS tersebut. Sejak 2006, AS sendiri telah
menyiapkan anggaran khusus dalam upaya melawan ranjau-ranjau darat yang
dipasang oleh mujahidin di Irak dan didistribusikan sebagai berikut:
Sebesar 3,3 miliar dolar untuk tahun 2006
Sebesar 4,3 miliar dolar untuk tahun 2008
Sebesar 3,1 miliar dolar untuk tahun 2009
Sebesar 1,8 miliar dolar untuk tahun 2010
Sebesar 3,3 miliar dolar untuk tahun 2011 bersamaan dengan besarnya kerugian perang di Afghanistan.
Sumber: Koran Al-Ahram, Mesir.
(5). Departemen Urusan Veteran AS menyebutkan bahwa jumlah tentara AS
yang terbunuh sejak perang Teluk (perang Irak) sampai tahun 2007 saja
mencapai 73.000 orang tentara. Adapun jumlah tentara yang terluka selama
operasi perang mencaai 1,6 juta orang tentara. Departemen Urusan
Veteran kemudian menghilangkan laporan tersebut untuk menyembunyikan
besarnya kerugian jiwa AS dalam perang di Irak.
Sebelum menutup artikel ini, saya hadiahkan kepada kalian sebuah
video indah di mana sang singa syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah
berbicara tentang serangan 11 September dan mengenalkan kepada dunia
internasional sosok 19 pahlawan pelaku serangan 11 September yang penuh
berkah. Video ini hanya berdurasi enam menit:
http://www.youtube.com/watch?v=PU-Wa5yvYxc
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada syaikh Usamah bin Ladin
dan sembilan belas singa tersebut. Semoga Allah menjaga Al-Qaeda, para
pemimpinnya, pasukannya dan simpatisannya.
Ditulis oleh Nashir Al-Qaidah
Catatan kaki
Aksi demonstrasi anti Wall Street menggeliat sejak awal Oktober di
New York dan kemudian mulai meluas ke Eropa. Di Amerika, awalnya hanya
dihadiri ratusan demonstran yang umumnya mahasiswa. Dipicu oleh krisis
ekonomi, dan keresahan atas ketamakan korporasi serta korupsi para elit
bisnis, aksi itu kian membesar dari hari ke hari.
Di New York, aksi pada Sabtu 15 Oktober 2011 diikuti puluhan ribu
demonstran. Para pengunjuk rasa memenuhi Times Square, pusat bisnis dan
perbelanjaan di New York. Mereka adalah bagian dari "Hari Protes Global"
untuk Gerakan Kuasai Wall Street. Pada hari sama, puluhan ribu orang
lainnya juga berkumpul di berbagai kota lain di penjuru dunia. Mereka
juga menentang praktik serakah korporasi, dan peran Wall Street dalam
krisis keuangan. Selain New York, sejumlah kota lain adalah Madrid,
London, Roma, Frankfurt, Sidney dan Hongkong.
Kemenangan mujahidin di Irak dan Suriah dengan izin akan menjadi
awal bagi pembebasan bumi Islam Palestina dari penjajahan zionis Yahudi.
Kemenangan telak kaum muslimin atas kaum Yahudi dalam peperangan di
Palestina telah ditegaskan dalam hadits-hadits shahih. Di antaranya
hadits dari Abu Hurairah Rhadiyallau 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallu
'alaihi wa salam bersabda:
"Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi kaum
Yahudi dan kaum muslimin (meraih kemenangan sehingga) membunuhi mereka.
Sampai-sampai orang Yahudi bersembunyi di balik pohon dan batu, namun
pohon atau batu akan mengatakan, 'Wahai muslim, wahai hamba , inilah
orang Yahudi berada di belakangku, Kemarilah dan bunuhlah dia!' Hanya
pohon Gharqad yang tidak mengatakan seperti itu, karena ia termasuk
tanaman kaum Yahudi. (HR. Bukhari no. 2926 dan Muslim no. 2922 dengan lafal Muslim)
Buku best-seller internasional berjudul The Three Trillion Dollar War: The True Cost of the Iraq Conflict
ditulis oleh Joseph Eugene Stiglitz dan Linda J. Bilmes pada 2008.
Joseph Eugene Stiglitz adalah ekonom Amerika dan profesor pada Columbia
University. Ia meraih penghargaan Nobel Ekonomi 2001 dan John Bates
Clark Medal 1979. Adapun Linda J. Bilmes adalah professor pada Harvard
University. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Perang Tiga Triliun Dolar: Bencana Ekonomi di Balik Invasi Amerika ke Irak, diterbitkan oleh penerbit Mizan Bandung pada 2009.
Buku Joseph E Stiglitz dan Linda J. Belmes ini secara khusus
menyelidiki biaya yang dikeluarkan AS untuk perang Irak selama 5 tahun,
dari 2003 saat invasi militer sampai 2008 saat buku itu ditulis. Biaya
yang ditanggung Depkeu AS berkisar antara 1,7 trilun hingga 2,7 triliun
dolar. Ditambah biaya ''sosial'' substansial, yakni biaya-biaya yang tak
tertangkap dalam anggaran pemerintah federal, tapi sebenarnya
mencerminkan beban sesungguhnya yang dipikul warga AS berkisar antara
300 miliar hingga 400 miliar dolar AS. Total biaya berkisar antara 2
triliun hingga 3,1 triliun dolar, dengan rata-rata per tahunnya 400
miliar dolar sampai 600 miliar dolar.
Biaya 3 triliun dolar itu setara dengan Rp 28.000 triliun, sama
dengan 12 tahun biaya perang di Vietnam dan dua kali lipat dibandingkan
dengan biaya perang di Korea! Dan biaya tersebut ditanggung oleh rakyat
pembayar pajak di AS.
Padahal dengan 1 triliun dolar saja, AS itu bisa membangun 8 juta
unit rumah, menggaji 15 juta guru selama setahun, membayar asuransi
kesehatan 530 juta anak selama setahun, memberikan beasiswa empat tahun
pada 43 juta mahasiswa di universitas negeri. Terlebih dengan dana 3
triliun dolar.
Stiglitz dan Bilmes membagi biaya perang itu menjadi dua: biaya
perang saat ini dan biaya perang masa datang. Biaya perang masa datang
dihitung sebab para pembayar pajak AS berutang miliaran dolar kepada
para veteran yang memenuhi syarat mendapat kompensasi cacat, perawatan
dan tunjangan medis. Rata-rata pembayaran pada veteran Perang Irak dan
Perang Afganistan 542 dolar per bulan per orang. Belum lagi tunjangan
veteran berupa penyesuaian biaya hidup yang setara jaminan sosial.
Pada 2003 Departemen Urusan Veteran menanggung biaya perawatan 13.800
orang veteran Irak dan Afganistan. Pada 2008, sudah ada 263.000 veteran
Irak dan Afganistan yang harus ditanggungnya. Untuk para veteran dua
perang ini, pemerintah AS harus mengeluarkan 398 miliar dolar.
Rinciannya, 121 miliar dolar untuk perawatan kesehatan dan 277 miliar
dolar untuk tunjangan cacat.
Perang akan terus memakan dolar jika tak selekas mungkin dihentikan.
Bukan itu saja, sederet persoalan kejiwaan menghantui para veteran Irak
dan Afganistan. Survei terhadap 2.000 veteran dua perang ini menemukan
hampir sepertiganya menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi
mayor, cedera otak traumatik atau kombinasinya. Riset the RAND
Corporation bahkan menaksir sekitar 300 ribu tentara menderita PTSD atau
depresi mayor dan 320 ribu mengalami cedera otak traumatik.
Tak heran jika banyak pakar ekonomi menyatakan saat ini AS tengah
mengalami krisis ekonomi yang sepadan dengan masa Great Depression pada
1930an, atau bahkan lebih buruk lagi. AS telah mengalami kemunduran
ekonomi, militer, politik dan ideologi yang dahsyat pasca serangan 11
September yang penuh berkah, yang disusul oleh jihad di Afghanistan dan
Irak.
Wartawan Stasiun TV Al-Jazera, Taisir Alllouni, pada 21 Oktober 2001
melakukan wawancara eksklusif dengan syaikh Usamah bin Ladin. Dalam
wawancara tersebut, syaikh Usamah antara lain membicarakan kerugian AS
akibat serangan 11 September. Berikut petikannya. Taiser Allouni: Kembali lagi kepada permasalahan
serangan yang terjadi di New York dan Washington, apa penilaian Anda
dengan apa yang telah terjadi? Apa pengaruhnya terhadap Amerika dan
dunia Islam? Pertanyaan ini dari dua sisi jika anda berkenan! Syaikh Usamah bin Ladin: Saya katakan, peristiwa
yang terjadi pada hari Selasa, 11 September di New York dan Washington,
ini adalah peristiwa yang sangat besar sekali dipandang dari sisi
manapun. Dampak-dampak yang ditimbulkannya belum berhenti sampai
sekarang ini dan akan terus berlanjut. Karena runtuhnya gedung terutama
gedung kembar, adalah suatu peristiwa yang sangat besar sekali, namun
sesungguhnya dampak-dampak yang ditimbulkannya lebih besar lagi. Kami
akan membicarakan mengenai dampak-dampak perekonomian yang terus
berlanjut.
Menurut pengakuan mereka sendiri, kerugian yang mereka derita di WTC
mencapai 16 %. Dan mereka mengatakan, angka ini belum pernah terjadi
sebelumnya sama sekali, semenjak pasar tersebut dibuka, lebih dari 230
tahun yang lalu, belum pernah terjadi kerugian sebesar ini. Jumlah
keseluruhan modal pokok di pasar tersebut mencapai US $ 4 trilyun. Lalu
kalau kita lihat 16% dari US $ 4 trilyun, untuk mengetahui berapa jumlah
kerugian pada saham mereka, adalah mencapai US $ 640 milyar kerugian
mereka. Itu semua terjadi atas karunia Alloh. Dan sebagai contoh, jumlah
ini senilai anggaran belanja negara Sudan selama 640 tahun. Kerugian
ini mereka terjadi akibat serangan selama satu jam, atas karunia dan
bimbingan Alloh.
Perputaran keuntungan uang harian rakyat Amerika adalah US $ 20
milyar dollar. Padahal pada satu minggu pertama mereka tidak bekerja
sama sekali lantaran shock mental. Sampai hari ini mereka di sana tidak
pergi ke tempat kerja mereka lantaran shock dengan serangan tersebut.
Kalau kita kalikan US $ 20 milyar kali 7 hari dalam seminggu, maka akan
mencapai US $ 140 milyar. Dan sebenarnya lebih daripada jumlah tersebut.
Kalau jumlah itu kita tambahkan dengan US $ 640 milyar tadi maka akan
kita dapatkan hasil berapa? Kira-kira kita dapatkan US $ 780 milyar.
Ditambah lagi dengan kerugian bangunan-bangunan dan gedung-gedung yang
runtuh, kami telah katakan lebih dari US $ 30 milyar.
Kemudian sampai hari ini, atau dua hari yang lalu, mereka mereka
memecat lebih dari 170 ribu pekerja mereka dari perusahaan-perusahaan
penerbangan, baik perusahaan pesawat pengangkut atau perusahaan pesawat
penumpang. Sebuah penyelidikan di Amerika menyebutkan bahwa 70% rakyat
Amerika hingga kini menderita trauma dan gangguan jiwa setelah terjadi
serangan dua gedung WTC dan Departemen Pertahanan (Pentagon), atas
karunia Alloh SWT. Salah satu perusahaan perhotelan yang terkenal di
Amerika, yakni Intercontinental Company telah memecat 20 ribu
pekerjanya, atas karunia Alloh SWT. Dan kerugian-kerugian yang terus
berlanjut itu tidak tidak ada seorang pun yang dapat memastikan
nominalnya lantaran besarnya. Dan kerugian itu terus bertambah, atas
karunia Alloh SWT. Jadi, minimal jumlah total kerugian mecapai lebih
dari US $ 1 trilyun, atas karunia Alloh SWT, akibat serangan yang penuh
berkah tersebut. Semoga Alloh SWT menerima ikhwan-ikhwan yang melakukan
serangan tersebut diterima Alloh SWT sebagai syuhada' dan dimasukkan ke
dalam syurga Firdaus yang paling tinggi.
Akan tetapi saya katakan, di sana terjadi kerugian lain yang sangat
berbahaya, lebih besar dan lebih berbahaya daripada runtuhnya gedung,
yaitu runtuhnya peradaban Barat yang dipimpin oleh Amerika. Hancurlah
keperkasaannya, dan hancurlah gedung peradabannya yang menjulang, yang
berbicara tentang kebebasan, hak asasi manusia dan kemanusiaan, semuanya
berubah menjadi debu yang berhamburan.
Dan nampaklah secara jelas, tatkala pemerintah Amerika campur tangan
dan melarang kantor-kantor berita untuk mempublikasikan beberapa kata
dari kami yang tidak lebih dari beberapa detik saja. Karena mereka mulai
menyadari, bahwasanya kebenaran telah mulai dipahami oleh rakyat
Amerika, dan bahwa sebenarnya kami bukanlah kelompok teroris sebagaimana
yang mereka maksudkan. Akan tetapi sesungguhnya kami telah dianiaya di
Palestina, Irak, Lebanon, Sudan, Somalia, Kasymir, Filipina dan di
setiap tempat. Dan sesungguhnya serangan tersebut merupakan reaksi
balasan yang dilakukan oleh para pemuda dari umat Islam terhadap
penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Inggris (munggin beliau
salah bicara, mungkin yang beliau maksud adalah pemerintah Amerika -ed).
Oleh karena itu mereka mengeluarkan pernyataan semacam ini, dan
mengeluarkan perintah semacam ini, dan lupa terhadap segala apa yang
mereka katakan mengenai kebebasan berbicara dan lainnya.
Maka saya katakan, sesungguhnya kebebasan dan berbagai kebebasan di
Amerika serta hak asasi manusia, telah membuahkan pisau guillotin tanpa
dapat menarik kembali kecuali jika Amerika merubah sikap dengan cepat.
Pemerintah Amerikan akan memasukkan rakyatnya, dan bangsa Barat secara
umum juga akan masuk ke dalam kehidupan yang suram dalam neraka Jahim,
yang tidak akan mungkin dapat ditanggung, lantaran para penguasa di sana
mempunyai hubungan yang kuat, dan berada di bawah kekuasaan dan loby
Zionis yang menyokong kepentingan Israel, yang membunuh anak-anak kami
tanpa alasan yang benar, supaya mereka tetap memegang kekuasaan.