HAMAH – Mujahidin Islam dari berbagai kelompok Jihad dan Tentara Kebebasan
Suriah di propinsi Hamah tak luput memantau perkembangan situasi politik
terbaru di kawasan Timur Tengah. Hasil pertemuan presiden Mursi dan
Ahmadinejad di Teheran selama masa KTT Gerakan Non-Blok menjadi salah
satu fokus pantauan mereka, mengingat dampaknya terhadap perjalanan
jihad Islam di Suriah.
Salah seorang aktivis revolusi Suriah di Hamah, Sirajudin Al-Hamawi,
menuliskan pesannya kepada bangsa muslim Suriah menyikapi hasil
pertemuan Mursi dan Ahmadinejad itu. Berikut ini terjemahan pesan
revolusi sang aktivis sebagaimana dipublikasikan oleh situs Islam
Al-Murasilun dan situs-situs revolusi Suriah lainnya.
Wahai bangsa muslim Suriah yang besar: Mursi…bukanlah orang pertama yang "menjual" kita dengan ucapannya!
Satu setengah tahun yang lalu, kita mendengar Erdogan menyatakan
bahwa ia tidak akan membiarkan terjadinya pembantaian kedua (di Suriah).
Waktu itu kita menangis gembira karena kita merasakan ada.....lagi
(Arrahmah.com)
Baca juga[Mesir membenarkan kapal perang Syiah Iran dan Komunis Cina membawa senjata kepada rejim Asad]
orang yang
mau berdiri di pihak kita. Setelah itu perkataannya berubah menjadi
buih-buih asap yang tidak pernah kita lihat realisasinya sama sekali!
Satu tahun lebih beberapa bulan yang lalu, kita mendengar pemerintah
Arab Saudi berbicara tentang bantuan untuk Suriah. Kita memekik gembira
dan mengucapkan terima kasih kepada mereka dalam demonstrasi-demonstrasi
kita. Setelah itu perkataan mereka berubah menjadi fatamorgana belaka!
Lebih dari setahun yang lalu, kita mendengar Liga Arab menegaskan
tidak akan membiarkan pertumpahan darah lebih banyak lagi di Suriah.
Setelah itu kita tidak melihatkan aksi apapun!
Setahun yang lalu, kita mendengar Inggris, Amerika dan Prancis
menegaskan bahwa Bashar Assad telah kehilangan legalitasnya dan
kekuasannya tinggal menghitung hari belaka.
Enam bulan yang lalu, kita mendengar (Dewan Kerjasama Negara-negara)
Teluk menyatakan sebentar lagi mereka akan bergerak dan mempersenjatai
Tentara Kebebasan Suriah adalah sebuah kewajiban. Setelah itu kita tidak
melihat tindakan apapun!!!
Banyak lagi kita mendengar perkataan dan khutbah-khutbah lainnya
menggebu-gebu, pada realita di lapangan kita tidak melihat tindakan
apapun (dari para politikus seperti mereka) untuk menolong kita dan
menyelamatkan anak-anak kita serta ibu-ibu kita.
Pada hari ini kita juga mendengar khutbah presiden Mursi dari
Teheran, yang menghancur leburkan harapan-harapan kita…seperti hal yang
sebelumnya telah dilakukan oleh Erdogan, Saud Al-Faishal dan banyak
pembual besar lainnya.
Presiden Mesir yang terhormat…sesungguhnya negara ini (Iran) yang
telah membantai kami, mengusir kami dan mendukung rezim Bashar
Assad…tidaklah bisa dipercayai. Seperti halnya Bashar Asad, negara ini
(Iran) sangat ahli dalam hal berbohong, ber
taqiyah dan membuat perangkap.
Wahai bangsaku, tinggalkanlah perkataan…kita harus melakukan tindakan…
Para pemimpin Arab sejak puluhan tahun yang lalu sudah berbicara
mengenai persoalan Palestina…Nyatanya, mereka hanya menambah kerugian
saja kepada kaum muslimin Palestina. Mereka telah melakukan konspirasi
yang sangat besar. Mereka telah mengatakan, "Janganlah kalian
meninggalkan Gedung Putih, jangan pula kalian meninggalkan Teheran, Qum
dan Tel Aviv."
Lalu sebagian orang yang fanatik kepada partai presiden Mursi
menghendaki kami untuk mempercayai bahwa Mursi bisa menghindar beberapa
jengkal dari planning Amerika-Zionis terhadap kawasan (Timur Tengah).
Duhai nestapa umat (Islam) yang karena kebodohannya menjadi bahan
tertawaan umat-umat lain.
Lalu akan ada dampak-dampak yang tersembunyi, maka janganlah kalian
tertipu oleh pembicaraan mereka. Mereka mengatakan dalam beberapa hari
ke depan akan diadakan pertemuan empat pihak: Iran, Arab Saudi, Mesir
dan Turki, untuk mendiktekan solusi damai yang dengannya rezim Bashar
Assad bisa keluar dari krisis dengan kerugian seminimal mungkin. Boleh
jadi dengan sebuah negara indipenden (bagi Syiah Nushairiyah Suriah).
Sementara bangsa muslim Suriah akan tetap menanggung luka-luka,
menguburkan jenazah para syuhada' dan terperosok dalam rawa-rawa yang
ditinggalkan oleh kedengkian rezim Nushairiyah. Mereka lalu mengangkat
sebagai pemimpin kita seorang Karzai baru dan antek-anteknya, yaitu para
"dukun" Dewan Transisi Nasional, kelompok Dawalibi dan orang-orang
seperti mereka. Maka revolusi terbesar dalam sejarah ini akan
"diaborsi", dengan imbalan harga yang sangat murah, uang yang tak
seberapa.
Wahai bangsa Suriah yang besar…apakah untuk hal itu dikorbankan
ribuan syuhada', orang-orang yang dipenjara, orang-orang yang diusir dan
anak-anak kecil yang dibantai???
Harapan kita sangat besar kepada Allah, Yang Maha Esa, Maha Tunggal,
Yang telah menjamin kebaikan kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa
salam untuk negeri Syam dan penduduk Syam. Setelah itu harapan kita
bertumpu kepada kesadaran dan pemahaman bangsa kita yang ulet terhadap
bahaya konspirasi ini. Harapan kita bertumpu kepada keyakinan bangsa
kita bahwa konspirasi itu bertujuan untuk menghancurkan agama kita,
pokok-pokok tujuan kita dan prinsip-prinsip baku kita.
Daftar pertama prinsip baku kita adalah berhukum dengan hukum Allah,
lalu membebaskan diri dari ketergantungan dan pembebekan terhadap Barat
maupun Timur, lalu membebaskan Palestina baik wilayah darat maupun
lautnya. Inilah hal yang menggentarkan mereka dan oleh karenanya, antek
mereka rezim Nushairiyah membunuh, membantai, membakar dan menghancurkan
kita semaksimal mungkin.
Namun mustahil..mustahil… Mereka membuat tipu daya, namun Allah juga
balas membuat tipu daya mereka dan Allah-lah sebaik-baik pembuat tipu
daya. Pintu jihad dan ribath telah terbuka di negeri Syam dan ia tidak
akan tertutup sampai Allah menyempurnakan urusan-Nya.
Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan.
Ya
Allah, turunkanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan. Ya Allah,
turunkanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan. Janganlah sedetik pun Engkau menyerahkan kami kepada selain-Mu, jangan pula Engkau menyerahkan kami kepada diri kami sendiri.
Sirajudin Al-Hamawi
(muhib almajdi/
arrahmah.com)