Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum. Ustaz saya mahu tanya, apakah benar kalau
belajar ilmu agama dari internet itu sanadnya terputus? berbeza dengan
kalau kita belajar secara langsung dengan seorang ustaz yang kita
kenal di dunia nyata.
Jawaban:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Menuntut ilmu adalah kewajiban kita sebagai seorang Muslim.
Karenanya bila kita menuntut ilmu maka Allah SWT akan mengangkat
derajat kita. Allah SWT berfirman:
“يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات”.
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berlimu beberapa derajat”. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Pastinya ilmu itu boleh kita diperoleh hanya dengan cara
belajar dan cara belajar yang paling utama, khususnya belajar ilmu agama
adalah dengan berguru iaitu berhadapan dan bertemu langsung dengannya. ertinya menuntut ilmu harus ada orang yang mengajarkannnya, didampingi
oleh guru yang memiliki keahlian dan kapasiti keilmuan yang bagus.
Alhamdulilllah di era globalisasi ini ada banyak sarana
yang memudahkan kita untuk boleh menimba ilmu, diantaranya melalui
internet. Kita boleh membaca dan memperoleh ilmu yang dituliskan dan
ditayangkan di .......tajuk/ [
eramuslim.com]
internet oleh para ulama melalui murid-muridnya. Namun
internet dan juga sarana-sarana seperti buku, kaset, CD dan lain
sebagainya hanya sebagai sarana atau alat pembantu kita dalam menuntut
ilmu agama, bukan kita jadikan sebagai satu-satunya guru. Jika internet
kita jadikan sebagai guru utama dalam menuntut dan menimba ilmu, maka
sangat mungkin kita akan mendapatkan banyak kekeliruan. Seperti halnya
buku yang bisa kita bawa dan baca, siapa saja bisa menulis, dan terbuka
kemungkinan orang-orang yang tidak bertanggung jawab menerbitkan dan
mempublikasikan pelajaran dan berbagai informasi yang dapat menyesatkan,
menjauhkan dan bahkan menjauhkan umat Islam dari ajarannya yang mulia.
Dahulu sebelum ada kemajuan dan perkembangan teknologi
seperti saat ini. Kitab-kitab banyak ditulis oleh para ulama yang
menjadi rujukan bagi pada ulama generasi setelahnya dan kita dapat
merasakan manfaatnya hingga kini. Namun tidak sedikit ada penulisan yang
salah, baik karena kekhilafan dan kelalaian penulis.
Ada ungkapan dan nasihat bagus agar kita tidak menjadikan
sebuah kitab sebagai satu-satunya guru sekaligus sebagai peringat bagi
orang yang belajar tanpa guru.
“من كان شيخه كتابه فخطؤه أكثر من صوابه”.
“Barang gurunya adalah sebuah kitab maka kesalahannya akan lebih banyak dari pada benarnya”.
Imam Syafi’I rahimahullah memberikan nasihatnya
kepada penuntut ilmu bahwa ilmu bisa didapat dengan cara bersahabat dan
dekat guru. Artinya dalam menuntut ilmu senantiasa kita tidak lepas dari
bimbingan guru, ustadz, syaikh, ahli ilmu yang memiliki kapasitas
keilmuan yang tidak diragukan untuk mengajarkan ilmu agama kepada kita.
Sehingga ketika ada pelajaran yang kurang bahkan tidak kita fahami maka
kita bisa bertanya langsung dengan mereka.
Jadi, kalau kita belajar hanya dari internet maka sanad
kita akan terputus. Kan tidak mungkin saat ada orang bertanya nanti
“Siapa gurumu? ” lalu anda menjawab “guru saya adalah ustadz atau syaikh
internet”. Namun kalau kita bisa memanfaatkannya dengan baik dan benar
maka internet bisa kita jadikan sebagai salah satu sarana menambah ilmu
dan sarana dalam menyebarkan dakwah, pengajaran dan informasi yang
baik. Allahu a’lam bishshawab
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Taufik Hamim Effendi, Lc., MA