Azh-Zhain bin Al-Mughirah berkata :
“Pendapat terbanyak mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Asyura adalah
tanggal sepuluh pada bulan Muharram, dan pendapat ini lebih sesuai jika
dilihat dari akar katanya dan penamaannya.
« هَذَا
يَوْمُ عَاشُورَاءَ ، وَلَمْ يُكْتَبْ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ ، وَأَنَا
صَائِمٌ ، فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ » . صحيح
البخارى
“ Hari ini adalah hari
‘Asyura, dan saya puasa pada hari tersebut, siapa yang suka maka
hendaklah dia puasa dan siapa yang suka dia berbuka “
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“ Disunnahkan bagi yang puasa pada hari
‘Asyura untuk berpuasa pada tanggal sembilannya, karena hal tersebut
adalah perintah rasulullah saw yang paling akhir”.
Hikmah Puasa ‘Asyura dan Puasa Tanggal Sembilannya.
Adapun puasa tanggal sembilannya adalah
untuk menjaga puasa ‘Asyura, juga untuk menunjukkan sikap berbeda dari
orang-orang Yahudi yang juga berpuasa hanya pada hari itu saja. Dengan
menggabungkan kedua hari itu maka syariat tersebut menjadi berbeda dari
ajaran Yahudi. Adapun puasa ‘Asyura itu sendiri karena pada hari
tersebut terjadi beberapa kejadian yang baik, diantaranya :
Selamatnya Musa alaihissalam dan para
pengikutnya serta tenggelamnya musuh Allah, Fir’aun beserta kaumnya,
begitu juga terjadinya beberapa tanda-tanda kebesaran Allah terhadap
makhluknya, sesuatu yang layak untuk di syukuri.
Keutamaan Puasa ‘Asyura.
Terdapat riwayat dalam shahih Muslim
dari Abi Qatadah bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw tentang
puasa ‘Asyura, maka beliau bersabda : “Saya berharap agar ‘Allah
menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya “
Urutan Derajat Puasa ‘Asyura
Derajat pertama dan yang paling utama, adalah dengan melakukan puasa tiga hari, yaitu tanggal sembilan, sepuluh dan sebelas.
Derajat kedua, yaitu berpuasa pada
tanggal sembilan dan sepuluhnya, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat
Muslim dari Ibnu Abbas radiallahuanhu, dia berkata : Rasulullah saw
bersabda : “Jika saya masih ada pada tahun depan, saya akan berpuasa
pada tanggal sembilannya (bersama tanggal sepuluh)”, dan dari Ibnu Abbas
juga, beliau bersabda “ Puasalah kalian pada tanggal sembilan dan
sepuluh, bedakanlah dari orang-orang Yahudi ”.Derajat ketiga, yaitu
dengan berpuasa hanya pada tanggal sepuluhnya saja, sebagaimana dari
Ibnu Abbas dia berkata : “Kami diperintahkan Rasulullah saw untuk
berpuasa pada hari ‘Asyura”
Apa Derajat Yang Paling Utama ?
Yang paling utama dari ketiga derajat
tersebut adalah derajat yang pertama, karena berpuasa pada hari-hari
tersebut akan mendapatkan beberapa manfaat, diantaranya:
- Akan mendapatkan ganjaran puasa sebulan penuh, sebagaimana hadits
Abdullah bin Amr bin Ash radialluhanhu, dia berkata, Rasulullah saw
bersabda : “tiga hari pada setiap bulan bagaikan puasa selamanya “.
- Karena puasa pada bulan ini adalah puasa yang utama setelah puasa
Ramadhan, sebagaimana hadits Ibnu Abbas radiallahunhu, dia berkata :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw memperhatikan sebuah puasa dan
mengutamakannya atas yang lainnya, kecuali hari ini, yaitu hari ‘Asyura,
dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan “.
- Menunjukkan sikap berbeda dari orang-orang Yahudi, sebagaimana
hadits Ibnu Abbas : “Berpuasalah kalian sehari sebelumnya dan sehari
sesudahnya “.
- Mengikuti jejak Rasulullah saw yang merupakan sunnahnya dengan
mengamalkannya dan mendakwahkannya, sebagai bentuk ibadah yang utama
kepada Allah swt.
- Dapat menghapus dosa-dosa setahun penuh, berdasarkan hadits Qatadah radiallahunhu, dia berkata, Rasulullah saw bersabda :
وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً مسند أحمد
”Dan puasa hari ‘Asyura dapat menghapus (dosa-dosa) setahun sebelumnya “.
Akhi yang saya cintai, ada yang ingin
saya sampaikan kepada anda: Walaupun bulan puasa (bulan Ramadan) telah
berlalu, akan tetapi waktu beramal tetap ada, begitu juga dengan
berpuasa, tetap disyariatkan setiap waktu -segala puji bagi Allah-.
Rasulullah saw berpuasa pada hari ‘Asyura dan beliau memerintahkan untuk
berpuasa sebelum disyariatkannya puasa Ramadhan. Sesungguhnya puasa
‘Asyura adalah sunnah dari Rasulullah, jika diamalkan dan didakwahkan
dengan ucapan dan perbuatan, maka hal tersebut merupakan ibadah yang
sangat utama kepada Allah, karena siapa yang menghidupkan sunnah,
mengamalkannya dan menyebarkannya diantara manusia maka baginya dua
pahala, pahala dia beramal dan pahala menghidupkan sunnah tersebut, maka
selayaknya bagi setiap muslim untuk melakukannya.
Karena pada hakekatnya umur kita adalah
apa yang kita isi didalamnya dengan ketaatan kepada Allah swt,
selebihnya akan berlalu begitu saja tanpa nilai, dan akan menyesallah
orang yang menyia-nyiakan kesempatannya, pada saat tidak berguna lagi
penyesalan.
Apakah Terdapat Kekhususan Lain Pada Hari ‘Asyura :
Doktor Shaleh As-Sadlan berkata :
“ Tidak
ada kekhususan lain pada hari ini kecuali puasa, adapun yang dituliskan
beberapa kitab dan yang disebutkan sebagian fuqoha, bahwa disunnahkan
pada hari tersebut melebihkan nafkah untuk keluarga dan menjadikannya
menyerupai hari ‘Ied, tidak terdapat dalil yang shahih didalamnya.”
Beberapa Bid’ah Pada Hari ‘Asyura.
Kini kita merenung sejenak tentang hari
‘Asyura, hari mulia yang di dalamnya Allah selamatkan Musa alaihissalam
dan para pengikutnya dari Firaun dan kaumnya, kemudian dirubah oleh
sebagian kaum muslimin di sebagian negri-negri Islam menjadi acara
kendurian. Para ulama telah menerangkan semua itu sebagai bid’ah yang
diharamkan dan bukan bagian dari ajaran Islam akan tetapi lebih dekat
kepada ajaran jahiliyah.
Akan anda
dapatkan sebagian diantara mereka menghindari perhiasan dan kesenangan,
yang demikian itu untuk memperingati terbunuhnya Husain
radhiyallahu’anhu. Benar, terbunuhnya beliau membuat kaum muslimin
sangat sedih, akan tetapi apakah itu berarti kita harus selalu mengorek
luka lama ? Tidak, sebab yang demikian itu akan menjadikan kaum muslimin
berpecah belah dan menumbuhkan fanatisme, serta membiarkan musuh-musuh
mengambil kesempatan masuk di dalamnya. Diantara bid’ah yang
lain adalah membuat makanan yang berbeda dari biasanya, seperti dengan
menambahkan biji-bijian atau yang lain, atau mengganti baju dan
melapangkan nafkah bagi keluarga, atau membeli kebutuhan setahun pada
hari itu, atau melakukan ibadah tertentu seperti shalat, menyembelih
hewan, menyimpan daging korban untuk dimasak pada hari itu, memakai
celak mata, saling bersalam-salaman, saling berziarah, mengunjungi
masjid atau kuburan, atau menampar pipi
dan merobek kantong baju sebagai tanda bela sungkawa seperti cara
jahiliyah. Semua itu adala perbuatan bid’ah dan kemungkaran yang
tidak diajarkan oleh Rasulullah saw, juga Khulafaurrasyidun dan
orang-orang sesudahnya, juga tidak ada para imam yang menganjurkannya.
Sesungguhnya yang sangat dibenci Islam adalah mengulang-ngulang kesedihan,
maka bagaimana mereka melakukan hal yang demikian tersebut. Bagi setiap
muslim seharusnya menjauhi perbuatan bid’ah, karena sebaik-baiknya
perbuatan adalah mengikuti Rasulullah saw dan seburuk-buruknya perbuatan
adalah menjauhi ajaran Rasulullah saw, karena setiap bid’ah adalah
sesat dan setiap kesesatan kedalam neraka.
Ilustrasi: mediaislamnet.com