إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا ﴿١﴾
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا ﴿٢﴾
وَيَنصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا ﴿٣﴾
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan
yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang
telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan
nikmat-Nya atasmu
dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu
dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (QS. Al Fath : 1 – 3)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa surah yang mulia ini turun ketika
Rasulullah saw kembali dari Hudaibiyah di bulan dzulqaidah tahun ke-6 H
yang pada saat itu dihalang-halangi oleh kaum musyrikin untuk memasuki
Masjidil Haram dalam menunaikan umrah. Kaum musyrikin cenderung untuk
mengadakan perjanjian dan gencatan senjata serta meminta Rasulullah saw
pulang pada tahun ini dan kembali lagi pada tahun berikutnya. Tawaran
ini disambut oleh Rasulullah saw meskipun tampak kekurangsukaan diwajah
sebahagian sahabat, diantaranya Umar bin Khottob ra. Setelah mereka
menyembelih haiwan-haiwan kurbanya dan pada saat pulang kemudian Allah swt
menurunkan surah ini yang menceritakan tentang apa yang terjadi
diantara
......tajuk/ [eramuslim.com]
Rasulullah saw dengan mereka—orang-orang Quraisy—dan menyatakan
bahwa perjanjian tersebut adalah kemenangan dikarenakan berbagai
maslahat yang ada didalamnya. (Tafsir Ibnu Katsir juz VII hal 325)
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (QS. Al Fath : 1)
Terjadi perbedaan pendapat tentang maksud dari kata fath (kemenangan)
didalam ayat itu. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Futuh Mekah,
berbagai kemenangan yang didapat oleh Rasulullah saw, kemenangan
orang-orang Romawi, ataupun baiat Ridwan pada hari-hari Hudaibiyah,
namun banyak yang menyebutkan bahwa kemengan itu adalah perjanjian
Hudaibiyah.
Az Zuhri mengatakan bahwa tidak ada kemenangan yang lebih besar dari
perjanjian Hudaibiyah, dimana orang-orang musyrik bercampur dengan kaum
muslimin mendengarkan perkataan mereka, mulai bersemayamnya islam di
hati mereka sehingga dalam kurun waktu tiga tahun banyak manusia yang
masuk kedalam agama islam . (Fathul Qodir juz V hal 44)
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا
مُّسْتَقِيمًا
وَيَنصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا
Artinya : “supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang
telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu
dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu
dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (QS. Al Fath : 2 – 3)
Ibnul Anbari mengatakan bahwa kata fathan mubina (kemenangan yang
nyata) belum sempurna karena perkataan,”supaya Allah memberi ampunan
kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu” masih berkaitan dengan
kemenangan tersebut, seakan-akan Dia mengatakan,”Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu kemenangan yang nyata agar Allah swt mengumpulkan
buatmu dengan kemenangan ini ampunan dan mengumpulkan bagimu dengannya
berbagai hal yang menyenangkan pandanganmu di dunia dan akherat.
Sayyid Qutb mengatakan bahwa kemenangan Hudaibiyah ini pun diikuti oleh berbagai kemenangan lainnya, seperti :
1. Kemenangan dalam Da’wah.
Ibnu Ishaq mengatakan bukti kebenaran perkataan az Zuhri—diatas—adalah
bahwa Rasulullah saw tatkala berangkat menuju Hudaibiyah bersama dengan
1400 orang, menurut penuturan Jabir bin Abdullah dan dua tahun kemudian
beliau saw berangkat lagi pada saat Futuh Mekah bersama 10.000 orang.
2. Kemenangan di bumi.
Kaum muslimin saat itu merasa aman dari kejahatan orang-orang Quraisy,
untuk itu Rasulullah saw mengarahkan da’wahnya dalam rangka pembebasan
jazirah dari sisa-sisa kejahatan orang-orang Yahudi—setelah
membebaskannya dari Yahudi Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan Bani
Quraizhoh—dan kejahatan itu tergambar pada kekokohan benteng Khaibar
yang menakutkan dijalan menuju Syam. Kemudian Allah swt menundukkannya
bagi kaum muslimin dan mereka mendapatkan ghonimah yang banyak dan
Rasulullah saw mengkhusukan ghonimah tersebut untuk orang-orang yang
telah ikut serta dalam peristiwa Hudaibiyah.
3. Kemenangan pada sikap diantara kaum muslimin di Madinah, Quraisy
di Mekah dan seluruh kaum musyrikin yang berada di sekitar mereka…
Orang-orang Quraisy mengakui ketangguhan dan eksistensi Nabi dan kaum
muslimin, dan menganggap bahwa Nabi dan kaum muslimin adalah musuh
mereka akan tetapi mereka menghalangi Nabi dan para sahabatnya dengan
cara yang paling baik pada waktu dimana mereka telah memerangi Madinah
dalam dua tahun dengan dua kali peperangan dan peperangan terakhir
adalah satu tahun sebelum Hudaibiyah ini…. kaum muslimin juga tampak
begitu kuat di mata kabilah-kabilah, orang-orang Arab pun banyak yang
mundur dari memeranginya, dan semakin tidak terdengar lagi suara-suara
orang-orang munafiq..
Rasulullah saw begitu gembira dengan surat ini. Hatinya gembira
dengan karunia Allah yang besar yang diberikan kepadanya dan orang-orang
beriman yang bersamanya. Bergembira dengan kemenangan yang nyata,
ampunan yang menyeluruh, kenikmatan yang sempurna, petunjuk kepada jalan
Allah yang lurus, pertolongan yang kuat dan dengan keredhoan Allah swt
kepada orang-orang beriman yang telah mensifatkan mereka dengan
penyifatan yang mulia. (Fii Zhilali Qur’an juz VI hal 3316 – 3317)
Jalan Menuju Kemenangan
Surat ini memberikan penjelasan bahwa kemenangan yang diperoleh kaum
mukminin tidak selamanya harus melalui suatu kontak senjata dengan
orang-orang kafir atau musuh-musuhnya namun kemenangan juga bisa
diperoleh melalui suatu perjanjian atau perdamaian dengan mereka selama
hal itu memang memberikan kemaslahatan bagi da’wah islam dan kaum
muslimin.
Kondisi realita umat islam saat ini yang terus menerus menjadi
‘mangsa’ orang-orang kafir tidaklah bisa dikatakan kontradiksi dengan
surat al Fath ini yang menceritakan tentang kemenangan yang diperoleh
kaum mukminin.
Perintah Allah swt kepada Rasul-Nya dan juga orang-orang beriman
untuk pergi berumroh yang kemudian dihalang-halangi untuk memasuki
Masjidil Haram oleh orang-orang Quraisy dan pada akhirnya menghasilkan
perjanjian Hudaibiyah ini terjadi pada tahun ke-6 H.
Perjanjian yang dikatakan oleh Allah swt sebagai kemenangan yang
nyata ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba atau tanpa sebab. Allah swt
tidak memberikan kemenangan ini diawal-awal da’wahnya ketika di Mekah
ataupun ketika mereka baru tiba hijrah di Madinah. Akan tetapi Allah swt
memberikan kemenangan ini setelah 13 tahun da’wah islam ini muncul dan
dibawa oleh Rasulullah saw di Mekah dan 6 tahun da’wah ini mewarnai
masyarakat muslim di Madinah.
Selama masa itu Rasulullah saw mempersiapkan suatu generasi yang
kuat, kokoh, sabar dan tahan akan berbagai ujian yang menerpa mereka
sebagai satu konsekuensi dari perjalan da’wah di jalan Allah swt untuk
menyongsong kemenangan yang dijanjikan Allah swt, termasuk Hudaibiyah
ini.
Selama masa itu berbagai ujian dan peristiwa-peristiwa besar mewarnai perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya, diantaranya :
Pada fase Mekah terjadi berbagai penyiksaan dan intimidasi yang
dilakukan oleh orang-orang Quraisy terhadap orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, pemboikotan selama tiga tahun, penolakan
masyarakat Thaif terhadap da’wah. Yang pada akhirnya fase ini ditutup
dengan hijrahnya kaum muslimin dan Rasulullah saw ke Madinah.
Pada fase Madinah sebelum terjadi perjanjian Hudaibiyah berbagai
upaya dilakukan oleh Rasulullah saw untuk mengokohkan masyarakat muslim
pertama tersebut, seperti pembangunan masjid dan mempersaudarakan antara
Muhajirin dan Anshor dan setelah itu Allah swt mengizinkan mereka untuk
berperang melawan orang-orang yang menentang da’wah sehingga terjadilah
berbagai peperangan, seperti Badar, Uhud, dan Ahzab disamping
peperangan melawan orang-orang Yahudi.
Dari perjalanan da’wah generasi muslim pertama tersebut maka kondisi
umat islam saat ini merupakan salah satu proses untuk meraih kemenangan
yang dijanjikan Allah swt.
Meskipun kesewenang-wenangan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin
begitu melampaui batas terlebih lagi didukung dengan berbagai sarana
yang dimilikinya namun hingga saat ini mereka belum mampu menguasai kaum
muslimin. Uni Sovyet takluk di Afghanistan, Amerika diusir dari Somalia
dan hingga saat ini mereka masih kewalahan menghadapi para mujahidin
Iraq, dan yang baru-baru ini kaum Yahudi Zionis yang pada awalnya begitu
sombong akan menaklukan Gaza hanya dalam hitungan hari ternyata Allah
swt takdirkan hal itu tidak terjadi dan justru kemenangan berada di
pihak mujahidin Gaza bahkan mereka mendapatkan simpati dari seluruh
masyarakat dunia.
Berbagai kezhaliman yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap
kaum muslimin di bumi mereka tidak akan pernah sanggup memusnahkan islam
dan kaum muslimin dan tidak akan pernah meredupkan cahaya Allah yang
akan senantiasa menyinari bumi ini. Justru itu semua akan semakin
menyadarkan kaum muslimin bahwa pertentangan antara haq dan batil akan
terus berlangsung hingga hari kiamat dan juga akan menyadarkan mereka
untuk kembali kepada Allah swt, berkomitmen dengan nilai-nilai robbani,
dan mengokohkan ukhuwah islamiyah sebagai modal meraih kemenangan yang
telah dijanjikan Allah swt. Firman Allah swt :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ
الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء
وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ
مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ
Artinya : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (QS.
Al Baqoroh : 214)
Semoga Allah swt memberikan kesabaran kepada seluruh mujahidin yang
berjuang dijalan-Nya demi meninggikan kalimat-Nya dan menyatukan umat
ini didalam satu barisan yang kokoh.
Wallahu A’lam
[
http://www.eramuslim.com]