Cairo Perang
di Suriah antara para pejuang Islam dengan rezim Bashar al-Assad, sudah
sampai pada ujungnya. Dengan kekalahan rezim Bashar al-Assad yang
merupakan bentuk rezim yang melakukan kejahatan kemanusiaan, dan tanpa
ada bandingannya dalam sejarah kemanusiaan.
Satu-satunya
negara kunci yang menjadi pendukung rezim Bashar al-Assad, yaitu Rusia,
mengakui bahwa kekalahan Bashar al-Assad soal waktu. Sudah tidak
mungkin lagi mempertahankan Bashar al-Assad, karena sudah posisinya
sudah sangat melemah.
Banyak
faktor yang menyebabkan melemahnya rezim Bashar al-Assad,..(Sumber)
yang sekarang
ini berusaha mempertahankan kekuasaannya, yang semakin rapuh.
Usaha-usaha diplomatik terus diupayakan, mengakhiri pertumpahan darah di
Suriah.Meskipun, Bashar al-Assad, masih bergeming dengan kekuasaannya,
tetapi kondisinya sudah sangat rapuh.
Pertama, rezim Bashar al-Assad, menghadapi embargo internasional, termasuk Dunia Arab, dan negara-negara di daerah "front line"
(garis depan) dengan Suriah, semua melakukan embargo terhadap Suriah.
Seperti Mesir, Turki, Jordan, dan Arab Saudi, melakukan embargo terhadap
Suriah. Kecuali, Lebanon dan Iran, yang memang memiliki kesamaan
ideologis, yaitu Syiah.
Kedua,
rezim Bashar al-Assad, menghadapi begitu banyak tokoh militer yang
membelot ke Turki, Jordan, dan Eropa. Termasuk sejumlah pejabat penting
yang menjadi orang kepercayaan Bashar al-Assad, membelot, dan
meninggalkan Bashar al-Assad. Orang-orang yang menjadi tokoh utama dalam
pemerintahannya, sebagian besar telah meninggalkan Bashar al-Assad.
Ketiga,
kondisi ekonomi yang semakin memburuk, akibat situasi perang, dan
embargo ekonomi, yang
dilakukan oleh sejumlah negara, termasuk Barat,
semua itu membuat rezim Bashar al-Assad, sulit akan terus bertahan di
dalam kekuasaannya. Bashar kehilangan dukungan ekonomi yang semakin
sulit, dan ini sulit Bashar lebih lama. Satu-satunya dukungan ekonomi
kepada Bashar sekarang ini, hanyalah dari Iran, dan dalam bentuk dana
tunai, guna mempertahankan kekuasaannya.
Keempat,
Bashar al-Assad telah kehilangan kontrol terhadap kekuasaan, terutama
kalangan militer, dan badan intelijen yang semakin melemah, akibat
banyak pembelotan, yang terus berlangsung, sampai saat ini. Posisi
Bashar al-Assad, semakin memburuk, banyak informasi yang penting, bocor
kepada fihak pejuang Islam, yang bersumber dari para pejabat intelijen,
yang masih ada dalam pemerintahannya, tetapi sudah tidak lagi loyak
terhadap Bashar.
Kelima,
kekuatan pejuang Islam, yang sekarang mulai terkoordinasi, dan dukungan
senjata, serta banyak pejuang Islam dari berbagai masuk ke
Suriah,melalui Turki, Lebanon, Jordania, dan Irak, membuat kekuatan
pejuang Islam Suriah, semakin membaik, dan mempu melakukan perlawanan
terhadap pasukan elite Suriah,terutama dari Garda Republik, yang selama
ini menjadi tulang punggung Bashar al-Assad.
Dengan
kondisi seperti itu, posisi Bashar al-Assad, sudah sangat lemah, dan
menurut kabar, Bashar al-Assad, dan keluarganya telah melarikan diri, ke
Latakia, kota pesisir yang menjadi pusat gerakan kelompok Syiah, yang
selama ini menjadi tulang punggung Bashar al-Assad.
Karena
itu, situasi yang sudah sangat kritis, yang dihadapi oleh rezim Bashar
al-Assad itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengunjungi
Cairo, dan bertemu dengan Sekjen Liga Arab Nabil
Elaraby, dan ingin melakukan pengalihan kekuasaan, secara damai, guna
menyelamatkan Bashar al-Assad. Karena serangan pejuang Islam di Suriah,
sekarang terus maju, sampai ke Istana di Damaskus, yang menjadi pusat
pemerintahan Bashar.
"Ada tanda-tanda kecenderungan
positif untuk memulai dialog dan kedua perwakilan pemerintah dan
oposisi telah mulai berbicara tentang hal ini," kata Lavrov dalam
konferensi pers bersama dengan Elaraby."Untuk saat
ini kedua belah pihak masih mengajukan prasyarat bagi dialog, tetapi,
menurut pandangan kita bersama, adanya kesiapan memulai dialog, kemudian
menyetujui parameter bagi penyelesaian konflik di Suriah", ujarnya
Rusia,
sekutu lama Presiden Bashar al-Assad, dan menjadi pemasok utama
senjata Suriah dalam skala besar. Ini yang ikut menghancurkan kehidupan
di Suriah. Rusia sudah tiga melakukan veto terhadap tiga resolusi Dewan
Keamanan PBB, guna mengakhiri perang yang terjadi di Suriah, yang sudah
menelan korban sipil lebih 100.000 orang tewas.Menteri
Luar Negeri Suriah Walid al-Moualim, yang mengunjungi Moskow, dan
bertemu dengan Lavrov, kemungkinan akan melakukan pembicaraan dengan
tokoh oposisi Suriah, Muaz al-Khatib, Maret mendatang, ujarnya, Senin.
Pertemuan itu, sudah membahasa cara-cara mengkhiri konflik, dan
sekaligus, membuat persetujuan, di mana Bashar al-Assad, mengundurkan
diri dengan jaminan, dan mendapatkan suaka politik di negera yang aman.."Kami
menyambut baik inisiatif Rusia. Dan, Alkhatib mengusulkan memulai
dialog dengan pemerintah, dan saya pikir kita akan mencapai tujuan
ini," kata Elaraby, sesudah melakukan pembicaraan dengan para Menteri
Luar Negeri, seperti Mesir, Jordania, Irak, Kuwait, dan Lebanon.
Tentu, masa depan Suriah, nampaknya masih
sangast jauh akan mencapai stabilitas, dan tranformasi politik, karena
masalah yang paling pokok, pasca jatuhnya Bashar al-Assad, yaitu bentuk
pemerintahan baru. Karena, para pejuang Islam ingin dibentuk model
pemerintahan Islam, menggantikan pemerintahan sekuler Alawiyyin-Syiah.
Barat dan Eropa serta sejumlah negara Arab,
termasuk Arab Saudi, belum mau mendukung pemerintahan baru, yang
diinginkan oleh para pejuang Islam, sebuah pemerintahan baru yang
bercorak Islam, seperti yang diinginkan oleh para pejuang Islam, yang
sekarang sudah mendekati ibukota Suriah, Damaskus. Wallahu'alam.