BENGAL BARAT– Berpakaian salwar kameez putih dan biru ( pakaian tradisional India ) dan menerjemahkan sebuah ayat Al-Qur’an dari buku mata pelajaran Islam ke dalam bahasa Bengali, remaja 15 tahun, Puja Kshetrapal, boleh mengikuti pelajaran tersebut. Tapi dia, bersama dengan hampir setengah dari 200 murid kelas sepuluh di Madrasah Aliyah Chatuspalli di desa Orgram di negara bahagian Bengal Barat, India, adalah beragama Hindu.
“Meskipun disebut madrasah, orang-orang di daerah melihatnya seperti sekolah biasa yang sangat baik mutunya. Jadi, orang tua saya memilih untuk mengirim saya ke lembaga ini,” kata Puja kepada Al Jazeera, Selasa (03/12/2013)
Anwar Hossain, Pengetua madrasah Orgram yang terletak 125km sebelah utara ibukota negara, Kolkata, mengatakan bahwa sebagian besar kurikulum modern yang telah dibuat lembaga ini semakin populer dalam masyarakat majoriti Hindu.
“Orang-orang biasa beranggapan bahwa madrasah adalah tempat di mana siswa hanya diajarkan pelajaran agama saja, dan bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan pendidikan modern,” kata Hossain.
“Selama beberapa tahun kami telah bekerja untuk mengubah pandangan mereka. Kami mengajarkan kepada murid kami semua mata pelajaran umum seperti rakan-rakan mereka yang belajar di sekolah reguler lainnya,” katanya.
“Setelah belajar di madrasah kami, anak-anak dapat merencanakan karier mereka dalam bidang ilmu yang mereka pilih. Ini adalah alasan utama mengapa lebih dari 60 persen dari lebih dari 1.400 murid di madrasah sekarang adalah non – Muslim.”....
Bahkan, 11 dari 32 guru di madrasah adalah Hindu, Hossain menambahkan.
Madrasah biasanya dianggap sebagai sekolah untuk Muslim saja, di mana anak-anak belajar ilmu agama Islam dan hanya berakhir sebagai guru agama atau ulama.
Setelah 9/11, banyak orang non – Muslim di dunia melihat puluhan ribu madrasah di Asia Selatan dengan pandangan kecurigaan.
Tapi dalam beberapa tahun terakhir, hampir 600 madrasah yang diakui pemerintah di Bengal Barat telah memperkenalkan kurikulum sekolah umum, disamping mata pelajaran agama Islam, sehingga non – Muslim bisa belajar hampir semua mata pelajaran.
Saat ini ada sekitar 15 persen dari siswa di madrasah negeri modern adalah non -Muslim, dan banyak dari mereka mengharapkan untuk bisa menjadi insinyur, dokter, ilmuwan dan profesi l lainnya.
Madrasah di Orgram dan madrasah lainnya di India telah mengalami modernisasi dengan menawarkan beberapa mata pelajaran seperti fisika, kimia, biologi, geografi, matematika, ilmu komputer, bahasa dan sastra Inggris serta mata pelajaran reguler lainnya.
Didanai oleh negara, madrasah-madrasah yang sebagian besar terletak di Bengal adalah bebas biaya, dan juga menawarkan seragam sekolah gratis. Para siswa juga mendapatkan makan siang, membuat madrasah-madrasah tersebut sangat diminati oleh siswa baik dari keluarga miskin maupun kelas menengah.
“Dalam masyarakat yang didominasi Hindu sampai beberapa waktu lalu, madrasah – diidentifikasi hanya sebagai lembaga Muslim – sehingga banyak non – Muslim dan bahkan banyak dari Muslim sendiri yang menggunakan stigma tersebut untuk menjauh dari madrasah,” Dr Khandkar Fariduddin, ahli bedah mata dan merupakan alumnus dari madrasah modern.
“Tapi, sekarang mereka tahu bahwa seorang siswa madrasah juga bisa menjadi dokter, insinyur atau profesional yang baik lainnya, sehingga banyak yang mengirim anak-anak mereka ke madrasah ini,” katanya.
“Sekarang madrasah modern menjadi bagian utama dalam bidang pendidikan di Bengal Barat.” kata Dr Khandar.
Diharapkan kehadiran madrasah-madrasah di berbagai negara khususnya di wilayah mayoritas non-Islam bisa menjadi saranan dakwah dalam rangka memahamkan ummat tentang Islam sebagai Rahmatan Lil-alamin. ((
Arrahmah.com))
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/12/03/60-persen-siswa-madrasah-aliyah-chatuspalli-desa-orgram-india-non-muslim.html#sthash.s2vNWmwr.dpuf