Sahabat Voa Islam,
Mari kita renungkan sejenak.. "Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." (QS.10:100)
Bagi orang orang muslim, berfikir itu adalah suatu kewajiban. Ayat diatas telah jelas jelas menyebutkan bahwa Allah memurkai manusia yang tidak menggunakan akalnya. Terdapat banyak sekali ayat ayat di Quran yang mengulang ulang kalimat ‘’kenapakah mereka tidak berpifir? kenapakah mereka tidak ingat? kenapakah mereka tidak mempergunakan akalnya?" dan demikian seterusnya. Kalimat ini sering dikombinasikan Allah dengan beberapa pertanyaan atau perumpamaan untuk menyentuh para pembacanya agar sering memikirkan tanda tanda kebesaranNya.
....baca lagi
Sayangnya pada dewasa ini, banyak orang beriman yang masih memisahkan ilmu pengetahuan dengan ilmu Islam. Padahal ilmu didalam Islam itu sendiri mencakup seluruh bidang kehidupan manusia.
Padahal dengan Ilmu pengetahuan itu kita dapat lebih mendekatkan diri kepadaNya dan memahami kebesaranNya. Contoh saja Dr. Maurice Bucaille seorang ahli bedah kenamaan Prancis, yang diberi kesempatan meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumia Fir’aun. Dengan berbasis ilmu pengetahuan pembedahannya, beliau boleh mendapat hidayah untuk masuk Islam setelah dibacakan Surat Yunus.
”Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu (firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Bagaimana mungkin jasad firaun itu boleh lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal kadar garam mayat itu jelas jelas telah mengindikasikan bahwa mayat itu dikeluarkan dari laut. Bukankah, mumia tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya. Inilah bukti Allah yang telah ditulis pada Quran, sebagai pelajaran bagi orang orang yang berpikir.
Allah melalui Quran selalu memberi petunjuk bagi orang orang beriman mengenai fenomena fenomena alam ciptaan Allah, tetapi anehnya di zaman sekarang orang orang tidak berimanlah yang seringkali mengumumkan hasil temuan itu.
Contoh lain lagi adalah seorang astronomer Amerika yang sedang mengamati langit dengan teleskop, dan
menemukan bahwa ternyata bintang-bintang dan galaksi bergerak saling menjauhi dengan kecepatan yang meningkat. Logikanya jika seluruh alam semesta terus mengembang menjauhi satu sama lain dengan kecepatan yang semakin meningkat, maka pasti ada satu masa ketika alam semesta itu berupa satu kesatuan.
Hasil penemuan ini menjadi karya terkenal dikalangan para ilmuwan dan teori ini dijadikan pedoman disetiap buku astronomi. Untuk menghargai kejeniusannya, nama sang penemunya yaitu astronomer Edwin Hubble, diabadikan pada teleskop tercanggih Amerika yang ditempatkan di-orbit bumi.
Padahal Rasulullah di abad 6 masehi telah menjelaskan hal ini, dan telah tertulis dengan jelas di Al Quran.
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al Anbiya : 30)
Seandainya para ilmuwan NASA itu membaca Quran tanpa kesombongan, mereka mungkin akan menghapus nama Edwin Hubble dari teleskopnya, mengubah namanya menjadi Mohammed Rasulullah Telescope dan berbondong bondong masuk kedalam Islam. Karena Rasulullah sendiri tidak pernah membuat/beli teleskop, tetapi sudah mengetahui hal ini ribuan tahun yang lalu. Maka siapakah yang bisa memberitahukan hal ini kepada Rasulullah kecuali Pencipta Alam semesta itu sendiri, yaitu Allah.
Hal ini sudah seharusnya mulai menggalaukan, merisaukan dan patut dicurigai oleh kaum muslimin. Sebenarnya dimana letak titik permasalahan umat islam sehingga tertinggal jauh dalam hal ilmu dan teknologi dari kaum barat. Padahal semua yang mereka temukan telah tertulis di dalam Al-Quran dan kita juga sama sama manusia yang butuh makan. Maka kita mau tidak mau harus melihat kembali sistem pendidikan umat Islam.
Jika kita membicarakan pendidikan maka kita selalu teringat pada sekolah. Sayangnya sekolah sekolah pada zaman sekarang seperti alergi dengan agama. Orang orang yang tidak beriman/yang lemah imannya, berusaha memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama. Karena itu, mereka secara sistematis melakukan sekulerisme ilmu pengetahuan disekolah sekolah umum.
Mereka tidak suka anda menyebutkan ayat ayat Allah di setiap cabang ilmu pengetahuan, kecuali tentu saja di mata pelajaran agama Islam. Anda dipersilahkan menyebut nama Allah dipelajaran agama, tetapi tidak boleh membawa nama tersebut di praktikum fisika. Kita dibolehkan untuk berimajinasi sejauh jauhnya, setinggi tingginya, dan seliar mungkin demi mencari berbagai teori alternatif ilmu pengetahuan, tetapi tidak boleh menggunakan dalil ayat ayat Allah pada dasar teori paper penelitian ilmiah. Sehingga Quran menjadi jarang dibaca, aneh dimata dan asing ditelinga para pelajar kita. Efek berantai dari hal inipun mulai beraksi, para pelajar yang jarang membaca Quran menjadi tidak paham agama. Agama islam mulai diafiliasikan dengan kebodohan, keanehan, disebut sebagai kemunduran zaman, dan tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.
Kemudian orang orang muslim yang masih lemah akalnya, mulai meninggalkan agamanya. Berperilaku seenaknya tanpa tuntunan agama, dan malas mencari ilmu agamanya. Padahal seorang muslim yang baik telah memahami, bahwa semua ilmu itu berasal dari Allah, dan Islam itu sejalan dengan ilmu pengetahuan, dan ilmu itu ada, bukan untuk menentang/melupakan eksistensi Allah, melainkan salah satu cara mendekatkan diri padaNya dan mengagungkanNya.
Maka mulai dari saat ini kita harus mulai merubah kebiasaan kita. Kita harus melihat setiap bidang dari sudut pandang Islam. Setidaknya tidaknya kita harus mulai meminta pendapat para ulama, cendekiawan, dan intelektual islam untuk membiasakan berkhutbah sesuai dengan segmentasi dari pendengar yang dituju.
Jika pada masjid A biasa diisi oleh para jamaah pebisnis, maka penceramah disarankan mengkhutbahkan mengenai sistem ekonomi syariah. Jika masjid B biasa diisi oleh para jamaah institut teknologi, maka penceramah disarankan mengkhutbahkan mengenai ayat ayat teknologi pada Quran. Jika masjid C biasa diisi oleh para jamaah politisi, maka penceramah disarankan mengkhutbahkan mengenai sistem politik Islam.
Harapannya, setelah mendengarkan khutbah, para pendengar dapat merubah paradigma dari Quran itu kitab antik, menjadi Quran itu kitab yang scientifik. Sehingga setelah khutbah, para jamaah menjadi penasaran membaca Quran dan kehausan mencari ilmu berdasar ayat ayat Allah.
Kita sebagai seorang muslim itu, harus seperti kedudukan seorang anak kecil yang memasuki perpustakaan besar, yang berisi buku-buku dalam banyak bahasa. Sang anak tahu bahwa seseorang pasti telah menulis buku-buku itu. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara buku itu ditulis dan juga tidak paham dengan bahasa tulisan buku-buku itu. Sang anak hanya bisa menduga, bahwa pasti ada pola/tatanan misterius dalam penyusunan buku-buku tersebut, dan bahwa pasti kesemua buku itu ada penulisnya. Tapi sang anak tidak sanggup untuk membayangkan Dzat pembuatnya, tetapi anak itu mulai mempelajari buku itu sedikit demi sedikit. Inilah sikap muslim yang paling cerdas saat sedang mencari ilmu pengetahuan kepada Tuhannya.
“(Yaitu) Orang yang menyebut dan mengingat Allah semasa ia berdiri, duduk dan semasa mereka berbaring dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata), “Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau menjadikan kesemua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S. Al-Imran : 191)
"(Al-Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa, dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran."
(QS.Al-Ibrahim : 52)
-Selamat berpikir-
sumberVoa Islam,