Sebuah rakaman video berisi pernyataan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dipublikasikan oleh Persatuan Ulama Muslim Sedunia (IUMS), Selasa (23/12/2014)
Rakaman video berdurasi 10 minit itu tidak disebutkan bila disampaikan beliau. Di awal khutbahnya, ulama yang juga merupakan ketuan IUMS itu bertanya, “Sebenarnya kita ini berada di masyarakat apa? Masyarakat Muslim atau Kristian? Aku sungguh hairan dengan apa yang sedang terjadi di pusat-pusat membeli-belah dan jalan-jalan kota Doha ini? Kenapa mereka harus ikut-ikutan merayakan Hari Natal? Seakan-akan kita sedang berada di sebuah negara Kristian di Eropah.”
....
Beliau membandingkan antara fenomena merayakan Hari Natal dengan Idul Adha, “Belum lama ini kita merayakan Idul Adha. Tapi tidak ada fenomena seramai ini di pusat-pusat membeli-belah yang dimiliki oleh orang Muslim juga. Sekarang, Hari Natal masih dua minggu lagi, tapi keramaian perayaannya sudah ada di mana-mana.”
Beliau menjelaskan tentang Hari Natal, “Padahal tanggal kelahiran Nabi Isa as. saja masih diperdebatkan, apakah tanggal 25 Disember ataukah 7 Januari. Sedangkan menurut akidah umat Islam, Nabi Isa bukan dilahirkan pada musim dingin, tapi pada musim panas. Hal itu terdapat dalam Al-Quran surah Maryam: 25. Ayat tersebut menerangkan proses kelahiran beliau. Ibunda Maryam diperintahkan untuk menggoyang pohon kurma sehingga buah-buahnya berjatuhan. Apakah ada pohon kurma berbuah di musim dingin?”
Lalu beliau juga membandingkan perayaan Hari Natal (kelahiran Nabi Isa as) dan perayaan Maulid Nabi Muhammad saw., “Kami di Qatar, Saudi, dan beberapa negara Islam lainnya tidak memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Katanya itu adalah sebuah perbuatan bid’ah. Maulid Nabi juga tidak dijadikan hari cuti. Lalu bagaimana mungkin kita tidak merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw. lalu kita merayakan Hari Natal? Beberapa dari kita malah memasang pohon Natal yang tinggi-tinggi. Itu ada di tempat-tempat yang dimiliki oleh orang Muslim. Fenomena ini menunjukkan bahwa umat Islam sudah mulai meninggalkan kepribadian Islamnya.”
Perayaan ini beliau bandingkan dengan perlakukan yang dialami umat Islam di beberapa negara majoriti Kristian, “Mereka melarang dan menghalang-halangi umat Islam membangun menara masjid. Sebentar lagi mereka juga pasti akan melarang umat Islam membangun masjid. Dalam sebuah survei di Prancis, 41% respon tidak setuju ada pembangunan masjid. 47% responden menolak pembangunan masjid dan menaranya. Lalu apakah umat Islam di Eropah dan Amerika, yang jumlahnya berjuta-juta orang itu, boleh merayakan Ramadhan dan hari-hari besar Islam?”
Syaikh Al-Qaradhawi menilai bahwa sikap sebagian umat Islam ini adalah sebuah bentuk kebodohan, “Fenomena ini menunjukkan kedunguan umat Islam dalam memperlakukan umat yang lain. Mereka juga bodoh dengan ajaran agama Islam sendiri.” (
msa/dakwatuna/iums)